Wednesday, July 1, 2015

Makalah Multitester

BAB II
PEMBAHASAN



A.      Definisi Multimeter
Multitester merupakan
alat ukur yang digunakan untuk mengukur sebuah komponen suatu hal yang berkaitan dengan listrik. Multitester juga disebut sebagai multimeter atau dapat juga dikenal dengan sebutan AVO meter yang berarti dapat berfungsi sebagai amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter. Alat ini mempunyai berbagai penepatan (disebut 'range') pada setiap langkah ukurnya mempunyai pilihan AC atau DC. Pada saat ini multitester sangat membantu dan meringankan pekerjaan yang berhubungan dengan kelistrikan atau elektronika. Multitester perangkat genggam yang berguna untuk menemukan kesalahan dan pekerjaan lapangan, maupun perangkat yang dapat mengukur dengan derajat ketepatan yang sangat tinggi.

       Multitester saat ini dibagi menjadi dua yaitu multitester analog dan multitester digital. Namun kini multitester digital lebih sering digunakan daripada multitester analog karena multitester digital lebih akurat daripada multitester analog, hanya saja multitester digital lebih mahal daripada multitester analog. Pada multimeter digital memiliki kelebihan layaknya sebagai pengukur transistor dan range untuk pengukuran kapasitansi dan frekuensi.

       Multimeter digital yaitu multimeter yang pembacaan hasil  ukurnya berupa digit angka, yang menggunakan layar. Multimeter digital hasil pengukurannya lebih akurat dibandingkan dengan multimeter analog. Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja. Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan service center yang memakai multimeter digital.

B.       Bentuk dan Bagian Multitester Digital





1.    Display
            Merupakan layar penunjuk hasil pengukuran.
2.    Power switch and function switch
            Merupakan tombol untuk men”on” dan “off”kan multitester serta sebagai   tombol fungsi untuk memilih voltmeter,ohmmeter,dan ampere meter.
3.    Select button
          Merupakan tombol untuk memilih apakah multitester akan digunakan         untuk mengukur arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC) pada pengukuran voltmeter dan ampere meter. Sedangkan pada ohmmeter      digunakan untuk memilih apakah akan mengukur hambatan, dioda,             mengecek kecontinuan, dan mengukur kapsitas.
4.    Range hold button
          Merupakan tombol untuk memilih apakah akan menggunakan satu angka,dua angka, atau tiga angka di belakang koma.
5.    Relative button
6.    Data hold button
          Merupakan tombol yang berfungsi jika di tekan maka hasil pengukuran       pada layar akan terkunci sehingga tidak akan berubah.
7.    HZ / % select button
          Merupakan tombol yang digunakan untuk memilih satuan pengukuran        frekuensi, apakah akan menggunakan HZ atau %.
8.    Test probe
          Yang merah merupakan potensial positif dan yang hitam potensial negatif.

C.       Kegunaan Multimeter Digital
1.    Pengukuran tegangan dengan multimeter digital.
a.    Tegangan DC
     Tegangan DC adalah tegangan searah, misalnya tegangan pada baterai HP, baterai, dan Teg. Output IC Power, dsb(Terdapat Polaritas + dan -) Cara mengukurnya adalah sebagai berikut:
1)   Putar scale selector kearah soket tegangan DC dan pilih skala tegangan DC. Pilihlah skala yang lebih besar daripada hasil ukur supaya tidak terjadi overload, namun jangan terlalu jauh agar ketelitiannya lebih baik.
2)   Hubungkan kabel tester dengan sumber tegangan DC. Merah ke kutub positif, hitam ke yang negatif.
3)   Lihat hasil yang ditampilkan oleh multitester.
Misalnya: Tentukan object pengukuran, misalnya akan mengukur battere Nokia yg berkapasitas 3,7V. Caranya: Gunakan skala yg tepat utk pengukuran, misal Battere 3,6 Volt gunakan skala pada 20V. Maka hasilnya akan akurat mis terbaca : 3,76 Volt. Jika menggunakan skala 2 V akan muncul angka 1 (pertanda overload/ melebihi skala). Jika menggunakan skala 200V akan terbaca hasilnya namun tdk akurat mis terbaca : 3,6V atau 3,7 V saja (1digit belakang koma). Jika menggunakan 750V bisa saja namun hasilnya kaan terbaca 3 atau 4 volt (Dibulatkan langsung tanpa koma).
b.    Tegangan AC
     Langkahnya hampir sama dengan mengukur pada tegangan DC, namun soket yang ditunjuk mengarah ke skala tegangan (V) AC yaitu 700 volt atau 200 volt. Contoh tegangan AC adalah tegangan dari listrik PLN yaitu sekitar 220 V. Untuk mengukur tegangan PLN  gunakanlah skala yang ditunjuk 700 V. Lihat hasil yang ditunjukkan multitester.

c.    Mengukur arus DC
     Langkahnya juga hampir sama degan pengukuran tegangan, scale selectornya diarahkan ke soket pengukur arus (disimbolkan A). Pilihlah skala yang tepat sesuai dengan penjelasan pada tegangan DC diatas. Pindahkan kabel merah ke 20A. Dan kabel hitam tetap di COM (ground). Dipilih lobang 20A karena akan mengukur arus yg > 0,2 A.
    
     Misalnya akan mengukur arus pengisian batterai. Salah satu cara antara lain salah satu kabel charger dipotong. Dan masing-masing  kabel ditempelkan ke kabel merah & kabel hitam Multitester. Lakukan pengukuran saat ponsel dicharger. Misalnya nilai yg tertera 0,725 berarti arus pengisian sebesar 0,725 A alais 725 mA.
           
Multitester digital dalam mengukur arus juga dapat mengetahui apakah baterai lithium asli atau palsu, yaitu dengan cara:
1)   Kabel Merah tetap di 20A, kbl hitam di GND.
2)   Skala tetap di 20A
3)   Tempel kabel Merah di + batere
4)   Tempel kabel hitam di – batere
5)   Lihat hasil yang muncul
     Jika secara refleks, menunjuk ke angka tertentu dan kembali ke Nol, pertanda Batere Lithium asli.
Jika hasilnya menunjuk ke angka tertentu, dan stabil. Pertanda Baterai Lithium palsu, dan cepat-cepat cabut kabel dari Baterai. Karena Baterai akan menjadi panas.. karena didalamya tidak ada rangkaian IC Pengontrolnya. Untuk Batere lithium asli, walaupun kabel ditempel terus ke baterai, tidak masalah.
d.   Mengukur resistansi
1)   Perhatikan Objek yang akan diukur. (Resistor, hambatan jalur, dll)
2)   Perhatikan skala Pengukuran pada soket ohm (disimbolkan Ω)
Ø 200 artinya akan mengukur hambatan yg nilainya max. 200 Ohm
Ø 2K artinya akan mengukur hambatan yg nilainya max. 2000 Ohm     
Ø 20 K artinya akanmengukur hambatan yg nilainya max. 20.000 Ohm (20KOhm)
Ø 200K artinya akan mengukur hambatan yg nilainya max. 200.000 Ohm (200KOhm)
Ø 2M artinya akan menguur hambatan yg nilainya 2.000.000 Ohm

Bila tidak tahu besaran nilai yang akan diukur, dianjurkan pilih skala tengah misalnya skala 20K. Lalu lakukan pengukuran. Jika hasilnya 1 (Overload) maka naikkan skala. Jika hasilnya digit dibelakang koma kurang akurat, maka turunkan skala.

Contoh pembacaan hasil :
Ø Pada skala 2K hasilnya 1,76 itu artinya hambatan yg terukur adalah 1,76 K Ohm.
Ø Pada skala 2K hasilnya 0,378 itu artinya hambatan yg terukur adalah 0,378 K Ohm alias 378 Ohm. (KOhm ke Ohm dikali 1000).
Ø Pada skala 20K hasilnya 1 , artinya object yg mau diukur melebihi skala 20K,maka naikan skala menjadi 200K, hasilnya menjadi 38,78 vitu artinya hambatan yg terukur adalah sebesar 38,78 Kohm.

Untuk mengukur besarnya nilai dioda lanngkahnya sama, namun arah scale selector diarahkan ke skala dioda. Lihat hasilnya pada layar multitester.

NB : jika Multitester ada tombol DH, artinya Data Hold. Jika ditekan maka hasilnya akan freeze, dan bisa dicatat hasilnya.

e.    Mengukur kapasitas kondensator
     Kondensator (Capasitor) adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad. Ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867). Kondensator kini juga dikenal sebagai “kapasitor”, namun kata “kondensator” masih dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore), berkenaan dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia “condensatore”, seperti bahasa Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman Kondensator atau Spanyol Condensador.
    
     Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung. Lambang kondensator (mempunyai kutub positif dan negatif) pada skema elektronika.

     Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju yang sering disebut kapasitor (capacitor).

     Lambang kapasitor (tidak mempunyai kutub) pada skema elektronika. Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).

     Satuan dalam kondensator disebut Farad. Satu Farad = 9 x 1011 cm² yang artinya luas permukaan kepingan tersebut menjadi 1 Farad sama dengan 106 mikroFarad (µF), jadi 1 µF = 9 x 105 cm².

     Satuan-satuan sentimeter persegi (cm²) jarang sekali digunakan karena kurang praktis, satuan yang banyak digunakan adalah:
* 1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)
* 1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
* 1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
* 1 nF = 1.000 pF (piko Farad)
* 1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)
Langkah pengukuran :
1)   Pilih Skala bagian F dan pilih skala yg sesuai.
2)   Maka nilai yang tampil adalah nilai kapasitas kondensator tersebut dengan satuan Farad atau Mikro Farad (10-6) atau Nano Farad (10-9) atau Piko Farad (10-12) Farad.

f.     Menentukan kaki transistor
     Pada Multimeter digital terdapat fitur “Diode Check” yang berguna untuk mengukur besarnya tegangan yang turun (drop voltage) pada sebuah dioda dimana fitur ini jarang ditemui pada Multimeter analog. Langkah-langkahnya antara lain siapkan multimeter digital yang memiliki fitur ‘Diode Check’ dan transistor yang akan dites. Kemudian lakukan pengukuran pada tiap-tiap kaki transistor. Kemudian catat hasilnya.
    
     Menentukan Kaki Basis, Sekaligus Menentukan Jenis Transistor Untuk menentukan kaki basis kita harus tau karakter kaki basis ini, yaitu memiliki hubungan fordward bias pada basis ke kolektor dan basis ke emitor serta refervse bias dari kolektor ke basis dan emitor ke basis pada jenis transistor NPN dan kondis sebaliknya pada jenis PNP. Pada tahap ini kita harus memisalkan kaki-kaki transistor tersebut dengan nama lain, sebagai contoh kaki 1 kaki 2 dan kaki 3. Kemudian set multimeter ke Ohm meter x10 atau x100 kemudian kita cari kaki basis dengan : Hubungkan probe merah ke salah satu kaki, misal kaki 1 kemudian probe hitam dihubungkan ke kedua kaki yang lain, apabila multimeter memberikan nilai ukur resistansi yang rendah (jarum bergerak lebar) pada keduanya maka kaki 1 adalah kaki basis untuk transistor PNP. Dan NPN apabila probe pada posisi kaki 1 adalah probe hitam dengan hasil ukur seperti sebelumnya. Jika hanya pada satu kaki 2 atau 3 saja yang bergerak kemungkinan basis nya 2 atau 3. Ulangi, carilah konfigurasi sampai diketemukan jarum meter bergerak semua. Pastikan basis sudah ketemu dan jenis transistor NPN atau PNP NPN : Kaki basis probe hitam, kaki emitor dan kolektor probe merah maka jarum bergerak. kemudian bila dibalik kaki basis probe merah, kaki emitor dan kolektor probe hitam jarum tidak bergerak. PNP: Kaki basis probe merah, kaki emitor dan kolektor probe hitam maka jarum bergerak. kemudian bila dibalik kaki basis probe hitam, kaki emitor dan kolektor probe merah jarum tidak bergerak. 2. Menentukan Kaki Kolektor Dan Emitor Kaki basis sudah ditentukan kemudian kita dapat menetukan kaki kolektor dan emitor dengan konsep transistor sebagai saklar. Untuk menetukan kaki kolektor dan emitor seting multmeter di pindah ke Ohm meter x10KOhm, Kemudian lakukan teknik berikut. Misalnya transistor NPN. Hubungkan probe hitam pada salah satu kaki selain basis dengan cara menempelkan probe bersama jari tangan kita (probe dan kaki transistor dipegang jadi satu) Hubungkan probe merah pada kaki yang lain (juga selain basis) dan jangan disentuh dengan jari tangan. Sentuh kaki basis dengan jari tangan. Jika jarum meter tidak bergerak, balik posisinya ke kaki yang lain. Sentuh kembali kaki basis dengan jari tangan. Jika jarum meter bergerak cukup lebar maka bisa dipastikan kaki yang dipegang bersama probe hitam adalah kolektor, kaki yang lain (probe merah) adalah emitor Untuk transistor PNP caranya sama cuma posisi probe merah dan probe hitam dibalik. Untuk kaki emitor pada kemasan tertentu biasanya ditandai sirip pada kemasan transistor. Kemudian tanda untuk kaki kolektor adalah huruf c, tanda titik bulat, titik kotak atau titik segitiga yang berada di kemasan transistor.
    
     Dari pengukuran kaki-kaki transistor di atas diperoleh hasilnya sebagai berikut:
     Pengukuran #1: Probe Merah (+) pada kaki 1 & Probe Hitam (-) pada kaki 2 = 0V
     Pengukuran #2: Probe Merah (+) pada kaki 1 & Probe Hitam (-) pada kaki 3 = 0V
     Pengukuran #3: Probe Merah (+) pada kaki 2 & Probe Hitam (-) pada kaki 1 = 0.681V
     Pengukuran #4: Probe Merah (+) pada kaki 2 & Probe Hitam (-) pada kaki 3 = 0V
     Pengukuran #5: Probe Merah (+) pada kaki 3 & Probe Hitam (-) pada kaki 1 = 0.690V
     Pengukuran #6: Probe Merah (+) pada kaki 3 & Probe Hitam (-) pada kaki 2 = 0V

     Dari hasil pengukuran di atas, perhatikan pengukuran #3 = 0.681V dan #5 = 0.690V. Dari hasil ini, kita sudah dapat mengetahui kaki Basis, Kolektor dan Emitter. Untuk kaki Basis, perhatikan pada pengukuran #3 dan #5, lihat probe mana yang tidak berubah posisi-nya? Ya, probe hitam (-) berada pada kaki ‘1’ transistor. Karena probe hitam (-) yang jadi penanda kaki Basis, berarti Basis tersebut terbentuk dari material Semikonduktor ‘N’ type. Ini berarti transistor tersebut merupakan transistor PNP.
    
     Sekarang tinggal menentukan kaki Kolektor dan Emitter, untuk menentukan-nya bandingkan ‘drop voltage’ pada hasil pengukuran #3 dan #5. Tegangan yang turun pada Basis-Kolektor lebih rendah dibandingkan ketika tegangan melewati Basis-Emitter (0.681V < 0.690V). Ini dikarenakan material ‘doping’ pada Kolektor lebih sedikit daripada Emitter. Jadi, Kolektor berada pada kaki ‘2’ dan Emitter pada kaki ‘3’.

g.    Menentukan kondisi diode
     Langkah menentukannya antara lain sebagai berikut:
1)   Pilih mode sesuai dengan resistant diode (apabila multimeter digital tidak ada pilihan diode dapat memilih mode pengukuran resistansi / Ohm) dengan memutar switch digital meter.
2)   Diode disebut normal atau kondisi diode baik bila nilai resistansinya kecil saat probe kabel merah dihubungkan dengan kaki diode anode (+) dan probe kabel hitam dihubungkan dengan kaki cathode (-). Dan juga dikatakan bagus bila resistansinya besar mendekati tak berhingga bila pemasangan probe pada diode tadi dibalik. Diode pada kondisi short bila nilai resistan 0 ohm saat diukur pada arah sesuai dengan arah arus llistrik (forward/ langkah ke 2) dan posisi sebaliknya (reverse). Diode kondisi open atau putus bila nilai resistan mendekati tak terhingga saat diukur searah arus listrik (forward / langkah ke 2) dan posisi sebaliknya (reverse).

D.      Fungsi Multitester Digital
       Multitester memiliki banyak fungsi. Fungsi diantaranya yaitu sebagai pengukuran untuk satuan listrik seperti:
1.    Kuat Arus
2.    Tegangan atau Beda Potensial
3.    Hambatan
      
       Selain dapat digunakan sebagai alat pengukuran pada satuan listrik seperti amperemeter, voltmeter, juga ohmmeter, multitester dapat juga dipergunakan untuk mengukur besaran-besaran atau sifat-sifat komponen secara tidak langsung. Beberapa contoh diantaranya adalah:
1.    Mengecek hubung-singkat/koneksi
2.    Mengecek diode
3.    Mengecek transistor NPN
4.    Mengecek transistor PNP
5.    Mengecek kapasitor elektrolit (Elko)

E.       Prinsip Kerja Multitester Digital
Multimeter digital menggunakan Liquid Crystal Display (LCD) atau artinya layar kristal cair sebagai layar untuk mengukur symbol yang diperlihatkan sebagai digit angka, terdiri dari unsur diodes dan logika terhubung ke setiap output dari terminal mengukur rentang changeover sakelar. Sebagai diodes dan logika elemen harus terhubung antara keluaran terminal yang mengukur rentang changeover beralih dan masing-masing terminal kontrol yang terkait untuk mengukur simbol, yang memandu sirkuit harus kompleks. Dalam penggunaan instrumen pengukuran pengoperasian yang mengukur rentang changeover beralih digunakan untuk mengontrol pengembangan kontrol sinyal untuk angka yang dikehendaki atau karakter segmen di layar kristal cair untuk menampilkan angka yang dikehendaki atau karakternya. LCD ini biasanya menggunakan suatu tujuh pajangan segmen(bila terlihat semua akan membentuk angka 8. Berkenaan dengan (menyalakan/ menerangi), pada umumnya dicerminkan dari suatu latar belakang seperti perak atau yang diserap oleh suatu pengaktifkan segmen gelap, membuat karakter kelihatan. Pada Multimeter digital rangkaian input tadi menggunakan tabung Vakum FET.Besarannya langsung dikonversi dalam bentuk sinyal digital. Multitester juga dapat rusak apabila nilai yang diukur (tegangan dan arus) ternyata lebih besar dari skala yang dipilih pada soket dan tidak segera dilepas, maka akan ada komponen yang terbakar. Jika itu terjadi pada layar penunjuk hasil akan menampilkan angka 1 (artinya overload/ melebihi skala).

Untuk mengubah sinyal masukan analog dari transduser menjadi sinyal digital diperlukan perangkat pengubah analog ke digital atau disebut juga ADC (Analog to Digital Converter). Pengubahan ini diperlukan agar kejadian-kejadian di luar komputer yang dideteksi oleh transduser dan biasanya merupakan sinyal analog dapat digunakan sebagai masukan dalam bentuk sinyal digital.

Berdasarkan prinsip kerjanya, ADC dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :
1. ADC Metoda Perbandingan Langsung
2. ADC Metoda Pencacah
3. ADC Metoda Pendekatan Beruntun

Resolusi pada ADC merupakan pertambahan terkecil pada tegangan masukan yang menimbulkan perubahan pada sinyal keluaran digital. Nilai resolusi yang kecil dapat memberikan ketelitian yang tinggi bagi ADC. Nilai resolusi yang kecil didapat dengan meningkatkan banyaknya bit dari ADC. Selang waktu yang diperlukan untuk melakukan perubahan sinyal analog ke sinyal digital disebut waktu konversi ADC. Semakin kecil waktu konversi ADC, dapat meningkatkan kinerja ADC tersebut. Untuk memperkecil waktu konversi ADC diperlukan frekuensi clock yang besar, dengan tidak mengabaikan batas frekuensi clock optimal yang diperlukan ADC.

F.       Prosedur Penggunaan Multitester Digital
a.    Cara Pengkalibrasian Multitester Digital
            Kalibrasi dapat diibaratkan sebagai langkah verifikasi dalam rangka pengujian ketepatan seluruh hasil ukur pada alat ukur. Pengkalibrasi yang dilakukan pada multitester digital dengan analog yaitu berbeda. Pada multitester digital kalibrasi yang dilakukan ada yang dilakukan secara manual dan ada juga yang dilakukan secara langsung. Ada beberapa model multitester digital yang memiliki tombol kalibrasi atau sejenis tombol reset. Namun pada multitester yang digunakan oleh penulis yaitu dengan menghubungsingkatkan tears led. Angka digit yang ditunjukan merujuk pada angka nol(0), namun berbeda pada kalibrasi resistansi, yaitu menunjukkan angka 1 dipojok kiri.

b.    Cara Penggunaan Multitester Digital
       Sebelum melakakukan pengukuran pastikan alat dalam keadaan siap untuk digunakan. Untuk memeriksanya yaitu dengan cara:
  Atur saklar fungsi pada ohmmeter
  kemudian pilih chek kecontinuan dengan menekan tombol select.
  lalu hubungkan test probe merah dan hitam
  jika terdapat suara seperti bel listrik maka tidak ada masalah dan alat siap digunakan, tetapi jika tidak terdapat suara seperti bel listrik maka alat tidak siap digunakan.
            Multimeter digital dapat digunakan untuk mengukur beda potensial, hambatan, dan kuat arus listrik yang prosedur penggunaannya yaitu sebagai berikut:
1.    Voltmeter
     Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Digital voltmeter (DVM) menggunakan sebuah pengubah tegangan analog ke digital (ADC) kemudian tegangan masukan DC diolah menjadi bentuk biner yang dikodekan dalam decimal (BCD). Kebanyakan voltmeter digital atau digital multimeter menerapkan integrator dual-slope sebagai rangkaian ADC, karena DVM dual-slope atau DMM relative lebih tahan terhadap nois tegangan masukan, juga kesalahan kecil.

Cara pengukurannya:
¨    Atur tombol fungsi pada “V”.
¨    Gunakan tombol select untuk memilih arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC) yang akan di ukur tegangannya.
¨    Lalu lakukan pengukuran tegangan, dengan test probe merah pada potensial positif dan yang hitam pada potensial negatif.
¨    Bacaan hasil pengukuran akan muncul pada layar display.

2.    Ohmmeter
     Ohmmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor. Alat tersebut menggunakan galvanometer untuk melihat besarnya arus listrik yang kemudian dikalibrasi ke satuan ohm.
    
     Cara pengukurannya:
¨    Atur tombol fungsi pada “Ώ”.
¨    Gunakan tombol select untuk memilih resistensi, dioda, mengecek kecontinuan, dan mengukur kapasitas.
¨    Lalu lakukan pengukuran resistensi dengan test probe merah dan hitam pada suatu objek pengukuran.
¨    Bacaan hasil pengukuran akan muncul pada layar display.

3.    Amperemeter
     Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus. Pada multitester analog hanya dapat mengukur arus DC (searah), tetapi pada multitester digital dapat digunakan untuk mengukur arus DC (searah) maupun arus AC (bolak-balik).
    
     Cara pengukurannya:
¨    Atur tombol fungsi pada “mA”.
¨    Gunakan tombol select   untuk memilih arus searah (DC) atau arus bolak-balik (AC) yang akan di ukur tegangannya.
¨    Lalu lakukan pengukuran kuat arus, dengan test probe merah pada potensial positif dan yang hitam pada potensial negatif.
¨    Bacaan hasil pengukuran akan muncul pada layar display.

     Selain itu multimeter digital juga dapat digunakan untuk yang lainnya seperti penggunaan pada prosedur berikut ini:
a.    Mengecek hubung-singkat / koneksi
1.    Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2.    Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
3.    Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.
4.    Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka semakin baik konektivitasnya.
5.    Jika angka multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau  terminal tersebut putus.

b.    Mengecek diode
1.    Atur Selektor pada posisi Ohmmeter
2.    Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3.    Hubungkan  probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda.
4.    Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan menyala.
5.    Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar  5-20K) berarti dioda baik, jika tidak menunjuk berarti dioda  rusak putus.
6.    Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (+) pada anoda dan probe (-) pada katoda.
7.    Jika angka multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti  dioda baik, jika bergerak berarti dioda rusak bocor tembus  katoda-anoda.

c.    Mengecek transistor NPN
1.        Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2.        Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3.        Hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
4.        Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti  transistor rusak putus B-C.
5.        Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (+)  pada basis dan probe (-) pada kolektor.
6.        Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
7.        Hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
8.        Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar  5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti  transistor rusak putus B-E.
9.        Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
10.    Jika angka multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
11.    Hubungkan  probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
12.    Jika angka multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.

Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor tidak diperlukan

d.   Mengecek transistor PNP
1.        Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2.        Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3.        Hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
4.        Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
5.        Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor.
6.        Jika angka  multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
7.        Hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
8.        Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9.        Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
10.    Jika angka multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
11.    Hubungkan  probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
12.    Jika angka multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.

Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak diperlukan.

e.    Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko)
1.        Atur Selektor pada posisi Ohmmeter..
2.        Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
3.        Hubungkan  probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
4.        Pastikan angka multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko) lalu kembali ke posisi semula.
5.        Jika angka bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
6.        Jika angka tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.

c.     Cara Menentukan Hasil Pengukuran
Hal yang harus diperhatikan di dalam pembacaan skala multimeter analog adalah dengan memperhatikan jarum penunjuk skala. Jarum penunjuk skala akan menujuk pada skala yang terletak pada papan skala. Pembacaan skala dilakukan tegak lurus dimana bayangan jarum pada cermin harus satu garis dengan jarum penunjuk, maksudnya agar tidak terjadi penyimpangan dalam membaca. Namun berbeda dengan multimeter digital. Multimeter digital akan langsung menunjukan pembacaan nilai yang tertera pada layar tanpa kita harus menghitungnya.

d.    Cara Pembacaan Skala Hasil Pengukuran Multitester Digital
Cara membaca hasil pengukuran multitester digital berbeda dengan multitester analog. Multitester digital akan langsung menunjukan pembacaan nilai yang tertera pada layar tanpa kita harus menghitungnya.

-       Sensitivitas multitester digital
     Sensitivitas adalah perubahan terkecil dari suatu input meter digital yang mudah dilihat. Dengan demikian sensitivitas merupakan tegangan terendah dari skala penuh dikalikan oleh resolusi alat ukur (meter). Sensitivitas s = (f.s)min x R. Dimana (f.s)min = nilai terendahdari skala penuh alat .

-       Resolusi multitester digital
     Banyaknya posisi digital yang dipakai pada suatu meter digital menentukan nilai resolusi. Jadi display 3 digit pada volt meter digital (DVM) untuk cakupan 0 –1 V, akan mudah menunjukkan nilai dari 0 sampai 999 mV, dengan kenaikan atau resolusi terkecil sebesar 1 mV. Dalam praktek digit ke-4 biasanya tepat menunjuk hanya 0 atau 1, yang ditempatkan pada kiri atau digit aktif. Ini mengijinkan kira-kira 999 sampai 1999 overlap secara bebas. Dan ini disebut ‘over ranging’. Type display demikian disebut sebagai display 3½ digit. Resolusi suatu meter digital, bagaimanapun ditentukan oleh banyaknya digit yang aktif penuh. Jika n = banyaknya digit penuh (perubahan 0-9) resolusinya sebesar Maka suatu display 4 digit mempunyai sebuah resolusi sebesaratau 0,0001 atau 0,01 persen. Resolusi ini juga dianggap sebagai satu bagian dalam 10.000.

-       Spesifikasi Akurasi multitester digital
     Akurasi biasanya dinyatakansebagai persentase daripembacaan ditambahpersentase dari skala penuh,bagian persentase dari skalapenuh sering diberikan dalambentuk digit. Apabila bekerjadigit ditunjukkan padasignifikasi digit terkecil (LSD).

e.       Cara Pengenolan
Pengenolan dapat diibaratkan sebagai langkah verifikasi dalam rangka pengujian ketepatan seluruh hasil ukur pada alat ukur. Pengenolan yang dilakukan pada multimeter digital dengan analog yaitu berbeda. Pada multimeter digital pengenolanyang dilakukan ada yang manual ada yang langsung. Ada beberapa model multimeter digital yang memiliki tombol pengenolanatau sejenis tombol reset. Angka digit yang ditunjukan merujuk pada angka nol (0), namun berbeda pada pengenolan resistansi,yaitu menunjukan angka 1 dipojok kiri.







2 comments:

  1. Borgata Hotel Casino & Spa - Dr.MCD
    Borgata Hotel Casino 남원 출장마사지 & Spa. Borgata Hotel Casino & Spa 진주 출장안마 is a 제천 출장마사지 luxury casino hotel on the outskirts 광주광역 출장안마 of Atlantic City, New Jersey. The property features 1,500 김해 출장마사지 guest rooms

    ReplyDelete