Sunday, July 5, 2015

MAKALAH SOUNDMETER


I.1 Latar Belakang
Kebisingan merupakan problem lingkungan yang timbul akibat
pertumbuhan pesat komunikasi, industrialisasi, transportasi, dan populasi penduduk.
Kebisingan adalah suara yang tidak diiinginkan. Kebisingan dapat menyebabkan kerusakan pada mekanisme alat pendengaran yang ada di telinga dalam, yaitu tempat suara diubah dalam bentuk impuls syaraf. misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit.
Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran/polusi kebisingan dianggap istimewa dalam hal : (1) penilaian pribadi dan subjektif sangat menentukan untuk mengenali suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak, (2) kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran udara dan pencemaran air dan bising pesawat merupakan pengecualian.
Kebisingan merupakan sejenis polusi udara dan seperti halnya polusi zat-zat kimia, dia dapat melukai/merusak, menyebabkan ketulian dan kebutaan yang serius bila polusi tersebut berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Ini merupakan alasan diciptakannya sound meter. Sound meter diciptakan untuk mengukur kebisingan atau taraf intensitas bunyi yang ditimbulkan oleh transportasi, mesin industrialisasi, peralatan rumah tangga dan lain-lain. Ukuran fisik ‘kenyaringan’ ada pada amplitude dan tekanan suara. Untuk ‘tinggi’ suara adalah frekuensi dan ‘nada’ adalah sejumlah besar ukuran fisik. Kecenderungan saat ini adalah menggabungkan segala yang merupakan sifat dari suara, termasuk tingginya, nyaringnya, dan distribusi spectral sebagai ‘nada’.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian dari sound level meter ?
2.      Apa saja jenis-jenis sound level meter ?
3.      Bagaimana perbedaan sound meter analog dan digital ?
4.      Bagaimana cara kalibrasi, mengukur, dan membaca sound meter ?
 
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagi berikut :
1.    Mengetahui pengertian dan prinsip kerja soundmeter.
2.    Mengetahui jenis-jenis soundmeter.
3.    Mengetahui perbedaan antara soundmeter analog dan soundmeter digital.
4.    Mengetahui cara kalibrasi, prosedur pengukuran, dan prosedur pembacaan soundmeter.
 




BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Sound Meter
Sebuah alat ukur kebisingan disebut Sound Meter. Sound Level Meter merupakan suatu perangkat alat uji untuk mengukur tingkat kebisingan suara (noise pollution), dimana hal tersebut sangat diperlukan terutama untuk lingkungan industri, contoh pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji tingkat kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Selain itu pengukuran tingkat kebisingan juga merupakan dasar untuk perancangan akustik suatu ruangan yang ditujukan untuk aktivitas tertentu dengan parameter tertentu, misal sebuah concert hall,  teater, ruang kuliah, laboratorium dan lain-lain. Alat ini didesign memberikan respon seperti telinga manusia dengan memasukkan sebuah penguat dalam rangkaian elektroniknya yang memberikan penguatan tegangan yang lebih kecil pada frekuensi rendah dan tinggi. Alat ukur ini ditandai dalam satuan desibel (disingkat dB). Desibel (Lambang Internasional = dB) adalah satuan untuk mengukur intensitas suara. Huruf "B" pada dB ditulis dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu "Bell" (Alexander Graham Bell). II.2 Macam-macam Sound Meter
Sound meter, ada 2 jenis yaitu :1.    Sound meter analog, pada instrumen ini disusun dari rangkaian listrik yang didesign khusus akan mengkonversi sinyal listrik dari mikropon menjadi suatu bacaan angka pada skala.                                                       
2.    
Sound meter digital, pada instrument ini disusun dari rangkaian listrik yang didesign khusus akan mengkonversi sinyal listrik dari mikropon menjadi bacaan angka yang terdisplai pada layar.

 



Beberapa sound meter digital mengatur rentang pengukuran sendiri. Ia mampu memilih pengukuran yang terbaik, lalu memperlihatkan pada display.Ketepatan alat jenis ini jauh lebih baik daripada jenis analog pada umumnya, yaitu lebih kecil daripada 1% dan sering hanya 0,1 %. Kesalahan penunjukan akan dihilang oleh display digital.Walaupun instrumen digital pasti lebih mudah dan jelas dibaca oleh semua orang, tetapi itu hanya benar kalau besaran yang diukur bersifat statis. Untuk mengukur besaran secara relatif berubah pelan-pelan, sound meter analog  lebih sesuai. Karena itulah, sound meter analog lebih cocok untuk memperlihatkan trend ( kecendrungan ) jenjang ukuran.

II.3 Bagian-bagian Sound Level Meter


 POWER SWITCH

Gambar 4
Keterangan:
~      Microphone     : penangkap suara
~      Meter Scale     : skala penunjuk hasil pengukuran
~      Range Switch  : batas ukur maksimal (yang digunakan)
~      Power Switch  : tombol mengaktif dan nonaktif kan alat

                             http://i00.i.aliimg.com/img/pb/891/045/530/530045891_342.jpg

II.4 Prinsip kerja


Dalam setiap alat ukur pastilah memiliki prinsip kerja yang harus dipahami oleh orang atau praktikan yang akan menggunakan alat ukur yang akan digunakan. Prinsip kerja SLM yaitu apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini dan selanjutnya akan menggerakkan meter petunjuk.
Pada gambar di bawah ini menunjukkan prinsip dasar alat meteran kebisingan suara (Sound Meter)
Gb. 1 Prinsip dasar dari meteran tingkat kebisingan
Down Arrow: suara



                                             


Keterangan  gambar  :
Ø  Tekanan suara diubah menjadi tegangan melalui mikrofon.Pada umumnya mikrofon menggunakan diafragma tipis untuk mengubah tekanan menjadi gerakan.
Ø  Gerakan ini selanjutnya diubah menjadi tegangan oleh tranduser yang cocok biasanya tipe kapasitansi piezoelektrik atau tipe kumparan berputar.
Ø  Tegangan keluaran mikrofon secara umum adalah sangat kecil dan pada suatu tingkat impedansi tinggi; sehingga pada keluaran mikrofon dipergunakan penguat dengan impedansi masukan dan penguatan yang tinggi. Penguat ac sederhana relative dapat digunakan, karena tidak diperlukan tanggapan terhadap tegangan yang static (tak berubah) atau tegangan yang berubah secara perlahan.
Ø  Berikutnya setelah penguat pertama adalah jaringan imbangan. Jaringan ini adalah suatu filter elektris yang mempunyai tanggapan frekuensi disesuaikan sehingga mendekati tanggapan frekuensi telinga manusia rata-rata.
Ø  Jaringan timbangan adalah filter elektris yang dirancang mendekati tanggapan pendengaran manusia pada tiga tingkat kenyaringan yang berbeda. Sehingga pembacaan instrument akan menyatakan kenyaringan yang terasakan. Biasanya disediakan tiga buah filter, yaitu A ( mendekati tanggapan pendengaran 40 phon ), B ( 70 phon ), dan C ( 100 phon ). Kenyataannya, banyak pengukuran praktis dibuat dengan menggunakan skala A karena ini merupakan pendekatan sederhana yang memberikan hasil baik dalam banyak kasus dan telah ditulis ke dalam banyak standard dan kode. Pembacaan dilakukan pada jaringan timbangan disebut tingkat suara.
Ø  Selanjutnya pembacaan meter adalah nilai rms dan tekanan suara, ini dikalibrasi dalam desibel ( dB ) karena desibel  mendefinisikan dengan baik suatu hubungan antara tekanan suara dalam alat.

II.5 Kalibrasi Sound Meter Sebelum dan sesudah pengukuran-pengukuran, perlulah untuk mengecek bahwa bacaan yang ditayangkan adalah benar dan kalibrasikan meteran tingkat kebisingan. Kalibrasi dapat dilakukan dengan dua cara: secara internal dengan sinyal-sinyal listrik atau secara akustik dengan kalibrator suara atau pistonphon.Kalibrasi internal dilakukan dengan menggunakan referensi tegangan pada rangkaian-rangkaian listrik dari meteran tingkat kebisingan serta amplitude disesuaikan. Penyesuaian dilakukan dengan membandingkan nilai yang ditunjukkan oleh fitur kalibrasi internal terhadap nilai tertayang dari meteran tingkat kebisingan.Kalibrasi akustik dilakukan dengan menyisipkan generator suara atau pistonphon ke dalam mikrofon dari meteran tingkat kebisingan dan menggunakan tekanan ssuara referensi (berbeda menurut alatnya, misalnya 94 dB pada 1 kHz, 124 dB pada 250 Hz, dll.). Skala penuh (FS) dari meteran tingkat kebisingan yang dipakai oleh masukan sinyal kalibrasi disetel 6 dB lebih tinggi dari pada tingkat tekanan suara dari sinyal kalibrasi normal. Misalnya, bila suara sinyal kalibrasi adalah 124 dB, 130 dB disetel, atau bila suara sinyal kalibrasi adalah 94 dB, 100 dB disetel pada alat.Pada sound level meter tipe S2A, kalibrasi sound meter dilakukan dengan hati-hati. Kalibrasikan sound meter sebelum melakukan tes suara. Menggunakan calibrator yang disetujui pabriknya.1.    Mengaktifkan kalibrator dan sound level meter
2.    Memutar tombol penyetel, dan mengatur tingkat tekanan suara
3.    Memastikan kalibrator berada pada sound level meter yang benar
4.    Menyesuaikan sound level meter untuk mendapatkan pembacaan yang benar.
 II.6 Prosedur Pengukuran
Adapun prosedur pengukuran dalam sound meter adalah sebagai berikut :1.  Memasangkan Micrifone pada Sound Level Meter.2.  Pengukuran dimulai dengan memposisikan microfone setinggi telinga pekerja (150 cm dari tanah). 3. Menekan tombol “POWER”, lalu menunggu hingga angka pada monitor menjadi stabil (Perubahan tidak signifikan). Kira-kira selama 1-2 menit.4.  Kemudian pada tombol “RANGE” pilih “AUTO” untuk menujukkan semua skala pengukuran.5.  Setelah 30 detik, tombol “HOLD” ditekan lalu mencatat hasil pengukuran yang ditunjukkan pada monitor SLM. Kemudian mengulangi langkah ini sebanyak 10 kali.Tabel berikut ini merupakan peraturan pemerintah Indonesia mengenai kebisingan tercantum dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-51/MEN/1999 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no.48 Tahun 1996.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Kep-51/MEN/1999 tentang Batas Kebisingan Maksimum dalam Area Kerja

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no.48 Tahun
1996 tentang Batas Kebisingan Maksimum pada Berbagai Area Kota
Durasi kontak dalam sehari
Batas kebisingan maksimum

Alokasi area
Batas kebisingan maksimum
8 jam
85 dBA

Kawasan perumahan
55 dBA
4 jam
88 dBA

Kawasan jasa dan perdagangan
70 dBA
2 jam
91 dBA

Kawasan bisnis dan perkantoran
65 dBA
30 menit
97 dBA

Lahan hijau terbuka
50 dBA
7.5 menit
103 dBA

Kawasan industri & Pabrik
70 dBA
3.75 menit
106 dBA

Kawasan umum dan pemerintahan
60 dBA
14.06 detik
118 dBA

Kawasan rekreasional
70 dBA
0.88 detik
130 dBA

Terminal kereta api
60 dBA
detik0.11
139 dBA

Pelabuhan laut
70 dBA



Rumah sakit dan sekitarnya
55 dBA



Sekolah dan sekitarnya
55 dBA



Rumah ibadah
55 dBA
Keterangan: Kontak dengan kebisingan dengan level melebihi 140 dBA tidak diperbolehkan pada kondisi apapun karena kebisingan di atas level tersebut berbahaya dan dapat menimbulkan rasa sakit di bagian telinga.II.7 Prosedur Pembacaan
Pada Sound meter digital hasil pengukuran langsung terdisplay pada layar, untuk pembacaan meter berupa SPL ( Sound Pressure Level ) yang dikalibrasi dalam satuan desibel ( dB ).  Seperti gambar di bawah ini :
 POWER SWITCH

Berdasarkan gambar diatas hasil pengukuran yang diperoleh dari sound level meter digital tipe S2A adalah 93.5 dB.Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, walaupun instrumen digital lebih mudah dan jelas dibaca oleh semua orang, tetapi itu hanya benar kalau besaran yang diukur bersifat statis. Untuk mengukur besaran secara relatif berubah pelan-pelan, sound meter analog  lebih sesuai.
II.8 Pembatasan Waktu dan Tingkat KebisinganManusia dapat mengalami kehilangan/penurunan sensitivitas pendengaran akibat dari kebisingan. Jenis kehilangan pendengaran yang, dapat terjadi adalah:v  Acoustic trauma, menunjukkan kerusakan organik pada pendengaran, merupakan kerusakan yang permanen, yang dapat disebabkan oleh tingkat bunyi yang sangat tinggi (Umumnya di atas 140 dBA).
v  Noise Induced Temporary Threshold Shift (NITTS). yaitu kehilangan sensitivitas pendengaran, tetapi sensitivitas pendenagran ini dapat diperoleh kembali.
v  Noise Induced Permanent Threshold Shift (NIPTS), yaitu kehilangan sensivitas pendengaran yang tidak dapat kembali(permen). Hal inidapal disebabkan oleh Acoustic trauma atau kebisingan yang, kumulatif berlangsug tererus menerus selama bertahun-tahun.
Tabel 1 Pembatasan waktu dan tingkat kebisingan yang diterima
Waktu
(Jam/hari)
Tingkat kebisingan
(dBA)
8
6
4
3
2
1,5
1,0
0,5
<0,25
90
92
95
97
100
102
105
110
115
Sumber:*) "Permissible Noise Frposure" menurut OSHA (Occupational Safety and Health Administration), US Dept. of LabourUntuk menghindari pengaruh negatif dari kebisingan terhadap pendengaran, maka tingkat kebisingan yang boleh diterima oleh pendengaran atau kebisingan yang dikeluarkan oleh alat/mesin kegiatan dibatasi. Baku mutu kebisingan yang diberikan pada tabel di bawah ini membatasi tingkat kebisingan berdasarkan lingkungan kegiatan.
Tabel 2 Baku Mutu Kebisingan *)

Kriteria Kualitas Kebisingan
I.
II
II.1.
II.1.1
II.1.2
II.1.3
II.2
II.2.1
II.2.2
II.2.3
II.3.
II.3.1
II.3.2

Nilai Ambang Batas Untuk Kebisingan di Tempat Kerja Ditetapkan 85 dBA
Nilai Ambang Batas Untuk Masyarakat /Lingkungan Industri, dibagi tiga Daerah/Wilayah
Daerah sekitar rumah sakit,tempat perawatan :
Malam hari tidak boleh lebih dari 35 dBA
Pagi dan sore tidak boleh lebih dari 40 dBA
Siang hari tidak boleh dari 45 dBA
Daerah pemukiman biasa tempat tinggal :
Malam hari tidak boleh lebih dari 40 dBA
Pagi dan sore tidak, boleh lebih dari 45 dBA
Siang hari tidak boleh lebih dari 50 dBA
Daerah sekitar komplek pertokoan, jalan dan pabrik
Malam hari tidak boleh lebih dari50dBA
Pagi dan sore tidak boleh lebih dari 55 dBA
Siang hari tidak boleh lebih dari 60 dBA
*) Menurut     : S.K.Gubernur Kepala Daerah Tingkat Jawa BaratNomor      : 660.31/SK/694-BKPMD/82 Lampiran III  tentang : Tata Cara            Pengendalian dan Kriteria Pencemaran Lingkungan Akibat Industr
II.9 Perawatan Sound Level Meter
Adapun cara untuk merawat sound meter adalah sebagai berikut :
1.    Menempatkan sound meter pada tempat yang bersih dan tidak terkena sinar matahari langsung. Jangan sampai terbanting agar tidak merusak layar display.
2.    Setelah digunakan sound meter harus di matikan. Cek daya baterai sound level meter, dengan menyalakan alat dan melihat indikator baterai masih mencukupi atau tidak.
3.    Cek daya baterai kalibrator dengan cara menggeser tombol “Batt Test” ke posisi “On/OFF” yang ada pada alat tersebut, jika lampu led menyala maka dapat dipastikan  alat tersebut masih memiliki daya baterai.
4.    Melakukan kalibrasi eksternal setahun sekali.

No comments:

Post a Comment