Nama : Juzsi Aldeska Kelompok : VI (Empat)
Prodi : Pendidikan Fisika Tanggal
Percobaan : 6 Desember 2014
NPM : 1413022038
KEANEKARAGAMAN
DAN KLASIFIKASI
(Briophyta,
Pteriodophyta, dan Fungi)
I.
Tujuan
Setelah
melaksanakan
praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui keanekaragaman dan klasifikasi pada bryophyta,
pteriodhophyta, dan fungi.
II.
Dasar teori
Makhluk
hidup dibumi sangat beraneka ragam. Penyebabnya yang pertama, spesies
berevolusi melalui proses adaptasi terhadap lingkungan yang dikenal dengan
seleksi alam dan yang kedua, bahwa perbedaan pada organisme dikendalikan
oleh faktor genetis yang diturunkan tetuanya. Keanekaragaman hayati yang merupakan totalitas variasi gen, jenis, dan
ekosistem, menunjukkan terdapatnya berbagai variasi bentuk, penampilan, jumlah,
ukuran, dan sifat lainnya pada tingkat yang berbeda-beda. Keanekaragaman hayati
adalah keanekaragaman semua spesies, tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan
proses-proses ekosistem serta ekologis. Tumbuhan paku-pakuan merupakan
tumbuhan yang tumbuhnya benar-benar berupa kormus, yaitu memiliki akar, batang
dan daun. Cara hidupnya bermacam-macam, ada yang sporofit, efifit, dan
hidup di tanah maupun di air. Paku - pakuan ditemukan di berbagai tempat
habitat, yang tanahnya berkapur, tanah asam atau tanah netral. Biasanya
paku-pakuan menyukai tempat yang teduh dan lembab dan adapula yang hidup di air
(Kimball, 1999).
Keanekaragaman hayati merupakan pernyataan
mengenai berbagai macam (variasi) bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang
terdapat pada berbagai tingkatan makhluk hidup. Menurut UU No. 5 tahun 1994,
keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan)
lainnya, serta komplek-komplek Ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan
ekosistem. Berdasarkan definisi dari undang-undang tersebut, keanekaragaman
hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman
jenis, dan keanekaragaman ekosistem(https://aslam02.wordpress.com/materi/kelas-x-2/keanekaragaman-hayati/pengertian-tingkat-keanekaragaman-hayati).
III.
Cara Kerja
Adapun langkah
kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut: Untuk pengamatan tempe
kedele, 1. Membersihkan gelas benda dengan kapas yang telah diberi alkohol, 2.
Meneteskan laktofenol ditengah-tengah gelas benda, 3. Mengambil sedikit
miselium jamur tempe, 4. Meletakkan miselium tersebut ditengah laktofenol pada
gelas benda, 5. Menutup sediaan dengan gelas penutup, 6. Mengamati melalui
mikroskop, 7. Menggambar, diberi keterangan, dan membuat klasifikasinya.
Melakukan hal yang sama untuk pengamatan pada oncom.
Untuk pengamatan
Asplennium nidus, 1. Memperhatikan
bagian tumbuhan secara menyeluruh, 2. Mengamati akar, batang, rhizoma, sorus,
anteridium, arkegonium. Menggunakan loupe untuk memperjelas pengamatan, 3.
Menggambar, diberi keterangan, dan membuat klasifikasinya. Pengamatan pada
Suplir, 1. Memperhatikan bagian tumbuhan secara menyeluruh, 2. Menggunakan
loupe untuk melihat tropofil, sporofil, strobilus, rhizofor, daun ventral, dan
daun lateral, 3. Menggambar, diberi keterangan, dan membuat klasifikasinya.
IV.
Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil
pengamatan diperoleh data sebagai berikut :
Tabel hasil pengamatan
No.
|
Gambar tangan
|
Gambar referensi
|
Klasifikasi
|
|||
1
|
Asplennium nidus
(sarang
burung)
|
![]()
https://www.google.com
|
Reknum :Plantae
Divisio :Pteridophyta Class :Polypodiopsida Ordo :Polypodiales Family :Aspleniaceae Genus :Asplenium Spesies :nidus |
|||
2
|
Adiantum
cuneatum
(suplir)
|
![]() |
Reknum : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Class
: Filicinae
Ordo : Marginales
Family
: Polypodiaceae
Genus : Adiantum
Spesies : cuneatum
|
|||
3
|
Rhizopus
oryzae (Jamur tempe)
|
![]()
http://yenicahyaningrum.wordpress.com/2013/04/
|
Reknum : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Family
: Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Species : oryzae
|
|||
4
|
Neurospora crassa (Jamur
oncom)
|
www.instruction.greenriver.
|
Reknum : Fungi
Divisio : Ascomycota
Class : Ascomycetes
Ordo : Sordariales
Family : Sordariaceae
Genus : Neurospora
Species : crassa
|
|||
5
|
Musci (Lumut daun)
|
![]()
http://www.sridianti.com
|
Reknum :
Plantae
Class : Mucsi
Divisio : Bryophyta
Ordo : Bryoceales
Family : Bryopceae
Genus : Bryopsida
Species : Bryopsida sp
|
V. Pembahasan
Dari pengamatan
diperoleh hasil sebagai berikut, pada Asplennium
nidus (sarang burung) tampak sorus, daun, dan batang. Pengamatan pada Adiantum cuneatum (suplir) tampak daun
tropofil dan batang, serta daun sporofil dan sorus. Daun sporofil memiliki
sorus sedangkan daun tropofil tidak memiliki sorus. Pada pengamatan Rhizopus oryzae (jamur tempe) tampak
sporangium dan sporangiofor. Pada Neurospora crassa
(jamur oncom) tampak konidia, spora, dan konidiofor.
Pada musci tampak daun semu, dan akar
semu.
Dari
referensi diperoleh hasil sebagai berikut, pada Asplennium nidus (sarang burung)
tampak sorus, daun, dan batang. Adiantum
cuneatum (suplir) tampak daun tropofil dan batang, serta daun sporofil dan
sorus. Daun sporofil memiliki sorus sedangkan daun tropofil tidak memiliki
sorus. Pada pengamatan Rhizopus oryzae (jamur
tempe) tampak sporangium, sporangiofor, stolon, dan rhizoid. Pada Neurospora
crassa (Jamur
oncom) tampak konidia, hifa, dan konidiofor. Pada musci gamethophyta, kapsul,
tangkai, sporofit, dan rhizoid.
Bonomial
adalah penamaan ilmiah pada organisme yang terdiri dari dua kata yaitu nama genus
dan nama epitet (spesies) menggunakan bahasa latin atau kata yang dilatinkan. Aturan
penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama ("epitet"
dari epithet) genus di awal dan nama (epitet) spesies mengikutinya.
Contoh Panthera tigris, Panthera adalah nama genus, sedangkan tigris adalah nama spesiesnya. Zea mays
(jagung), Zea = genus, mays = spesies. Contoh genus pada
tumbuhan, yaitu Solanum (terungterungan), genus pada hewan, misalkan Felis
(kucing).
Perbedaan
tumbuhan lumut dan tumbuhan paku diantaranya, tumbuhan lumut tidak berpembuluh
sedangkan paku tumbuhan berpembuluh. Lumut tidak mempunyai akar, batang, dan
daun sejati, sedangkan paku mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Lumut tidak
mempunyai pembuluh angkut (xilem,floem) sedangkan paku mempunyai xilem dan
floem yang terdapat pada batang,akar,dan daun.
Pada
tumbuhan lumut, proses reproduksi baik secara seksual dan aseksual berlangsung
melalui suatu proses yang disebut sebagai metagenesis. Dalam metagenesis,
terjadi pergiliran keturunan antara generasi sporofit (2n) dan generasi
gametofit (n). Ketika ada spora yang jatuh pada tempat yang sesuai, maka
spora tadi akan tumbuh menjadi protonema. Protonema tadi akan segera
tumbuh menjadi tumbuhan lumut dewasa yang akan menghasilkan gamet jantan,
yaitu anteridium yang akan menghasilkan spermatozoid dan juga menghasilkan
gamet betina, yaitu arkegonium yang akan menghasilkan ovum. Apabila terjadi
fertilisasi antara spermatozoid dengan ovum maka akan terbentuk zigot,
zigot tadi akan segera berkembang menjadi sporogonium yang akan menghasilkan
spora. Spora yang dihasilkan sporogonium akan membelah dan akan keluar
serta tumbuh lagi menjadi protonema. Siklus akan berjalan seperti semula. Reproduksi
lumut bergantian antara seksual dan aseksualnya. Reproduksi aseksualnya dengan
spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan reproduksi seksualnya
dengan membentuk gamet - gamet. Baik gamet jantan maupun gamet betina yang
dibentuk dalam gametofit.
Pada daur
hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase
utama gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan
bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit
dinamakan protalus atau protalium, yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran
berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai
penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Protalium tumbuh dari spora yang
jatuh di tempat yang lembab. Dari protalium berkembang anteridium (antheridium,
organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium
(archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan
bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju arkegonium. Ovum yang
terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan
paku baru.
Pada
jamur tempe reproduksi aseksualnya
ujung hifa
membentuk gelembung sporangium yang menghasilkan spora.
Bila spora
jatuh ditempat yang cocok akan tumbuh menjadi hifa baru.
Hifa
bercabang-cabang membentuk miselium. Tubuh jamur
terdiri dari rhizoid, sporangiofor dengan sporangiumnya.
Sporangium
menghasilkan spora baru. Reproduksi seksualnya dua ujung hifa berbeda, yaitu hifa– dan
hifa+ bersentuhan. Kedua ujung hifa menggelembung
membentuk gametangium yang terdapat banyak inti haploid.
Inti haploid
gametangium melebur membentuk zigospora diploid. Zigospora
berkecambah tumbuh menjadi sporangium. Di dalam
sporangium terjadi meiosis dan menghasilkan spora haploid. Spora haploid
keluar, jika jatuh di tempat cocok akan tumbuh menjadi hifa.
Siklus
hidup jamur oncom pada perkembangbiakan secara seksual dengan pembentukan
ascosporangia, mula-mula hifa berbeda jenis saling berdekatan. Hifa betina akan
membentuk Askogonium dan hifa jantan akan membentuk Anteridium, masing-masing
berinti haploid. Dari askogonium akan tumbuh Trikogin yaitu saluran yang
menghubungkan askogonium dan anteridium. Melalui trikogin anteridium pindah dan
masuk ke askogonium sehingga terjadi plasmogami. Askogonium tumbuh membentuk
sejumlah hifa askogonium yang dikarion. Pertumbuhan terjadi karena pembelahan
mitosis antara inti-inti tetapi tetap berpasangan. Pada ascomycota yang
memiliki badan buah, kumpulan hifa askogonium yang dikariotik ini membentuk
jalinan kompak yang disebut Askokarp. Ujung-ujung hifa pada askokarp membentuk
askus dengan inti haploid dikariotik. Di dalam askus terjadi kariogami
menghasilkan inti diploid. Di dalam askus terdapat 8 buah spora. Spora
terbentuk di dalam askus sehingga disebut sporaaskus. Spora askus dapat
tersebar oleh angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai, spora askus akan tumbuh
menjadi benang hifa yang baru.
sedangkan perkembangbiakan secara aseksual dengan pembentukan konidia.
sedangkan perkembangbiakan secara aseksual dengan pembentukan konidia.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pada
tumbuhan lumut, proses reproduksi baik secara seksual dan aseksual berlangsung
melalui suatu proses yang disebut sebagai metagenesis.
2. Pada daur
hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan yang terdiri dari dua fase utama
gametofit dan sporofit.
3. Pada jamur tempe
terdapat sporangium dan sporangiofor.
4. Pada Asplennium
nidus (sarang burung) terdapat
sorus, daun, dan batang.
5. Pada Adiantum cuneatum (suplir) tampak daun
tropofil dan batang, serta daun sporofil dan sorus. Daun sporofil memiliki
sorus sedangkan daun tropofil tidak memiliki sorus.
6.
Pada jamur oncom terdapat konidia, spora, dan konidiofor.
Bandar Lampung, 6 Desember 2014
Mengetahui,
Asisten
Galuh Ayu
Mungkashi
NPM : 1313024035
No comments:
Post a Comment