BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Gempa Bumi

Gempa bumi adalah
getaran atau gunjangan yang terjadi pada bumi sebagai
akibat tumbukan lempeng, patahan/sesar aktif, aktivitas gunung api, dan
runtuhan batuan. Ilmu yang mempelajari tentang gepa bumi adalah seismologi,
alat yang digunakan untuk mendeteksi getaran gempa disebut seismograf, dan
hasil catatan gempa dinamakan seismogram. Selain itu, Gempa bumi adalah suatu gangguan dalam bumi jauh di bawah
permukaan yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda di permukaan.
Gempa bumi datangnya sekonyong-konyong dan tidak dapat dicegah, yang dapat
dilakukan hanyalah memperkecil kerugian yang diakibatkan oleh gempa bumi.
2.2 Tipe-Tipe
Gempa Bumi
Berdasarkan proses fisis, maka gempa bumi dapat diklasifikasikan
menjadi:
a.
Gempa tektonik:
gempa yang disebabkan oleh pergeseran lempeng benua. Gempa tektonik sering
menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Jika episenter berada pada laut, maka
akan menimbulkan Tsunami yaitu gelombang laut yang besar. Misalnya, gempa yang
terjadi pada tanggal 12 desember 1992 di Maumere, kabupaten sika di pulau
Flores dengan kekuatan 6,8 skala richter, dan episenter berada di dasar laut
sejauh 30 km dari maumere, sedangkan kedalaman hiposenter sekitar 20 km dibawah
permukaan laut. Tsunami yang terjadi akibat gempa bumi ini dapt menaikkan air
laut ke darat sampai ketinggianpohon kelapa. Jumlah korban yang tewas sekitar
2000 orang, dan kerugian harta benda 200 milyar rupiah. Gempa tektonik
berkekuatan 6,4 skala richter mengguncankan kecamatan pandeglang, wilayah
banten selatan, jawa barat pada hari selasa malam tanggal 21 desember 1999,
sekitar pukul 21.14 WIB. Gempa ini juga terasa di daerah Jakarta dan Bandung
Selatan.
b.
Gempa vulkanik,
disebabkan oleh kegiatan magma dekat permukaan bumi atau disebabkan oleh
letusan gunung berapi (vulkano). Gempa vulkanik biasanya mempunyai intensitas
lemah dan terjadi pada daerah sekitar gunung meletus. Kerusakan dan korban jiwa
lebih disebabkan oleh letusan daripada gempanya.
c.
Gempa runtuhan,
disebabkan oleh runtuhan batuan, misalnya pada gua atau disebabkan oleh
longsoran tanah. Gempa runtuhan mempunyai intensitas lemah dan terjadi secara
lokal.
Berdasarkan proses
terjadinya, maka gempa bumi dibagi menjadi:
a.
Gempa
pendahuluan, amplitudonya kecil dan terjadi sebelum gempa besar atau gempa utama.
b.
Gempa uatama,
amplitudonya besar sehingga dapat dirasakan oleh manusia.
c.
Gempa susualan,
terjadinya beberapa menit atau jam seteah gempa uatama. Gempa ini lemah
kadang-kadang terjadi berulang.
Berdasarkan kedalaman hiposenter, maka gempa bumi dibagi menjadi:
a.
Gempa-dalam,
kedalaman hiposenter lebih dari 300 km. Gempa ini dapat mencapai ke permukaan
tetapi amplitudonya menjadi kecil sehingga tidak berbahaya.
b.
Gempa-sedang,
kedalaman hiposenter anatara 60 km dan 300 km. pada umumnya, gempa sedang
jarang menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi.
c.
Gempa-dangkal,
kedalam hiposenter kurang dari 60 km. gempa dangkal sering menimbulkan
kerusakan di permukaan bumi, misalnya gempa bumi di liwa lampung, sumatera pada
tahun 1994.
2.3 Patahan
Adalah bentukan-bentukan alam di muka bumi sebagai
akibat adanya proses pematahan (faulting process) pada lapisan batuan pembentuk
kulit bumi (litosfera). Proses pematahan lapisan batuan pembentuk litosfera
disebut SESAR.
1.
Graben/ Slenk
Adalah
patahan dengan arah vertical, dimana posisi daerah tersebut lebih rendah dari
daerah sekitarnya, dikarenakan patahan/ sesar yang mengalami
penurunan.

2.
Horst
Adalah patahan dengan arah vertical,
dimana posisi daerah tersebut lebih tinggi dari daerah sekitarnya,
dikarenakan patahan/ sesar yang mengalami kenaikan.

3.
Fleksuur
Adalah
patahan dengan arah vertical, dimana posisi daerah tersebut mengalami penurunan
atau kenaikan sebagian saja.

4.
Dekstral
Adalah
patahan dengan arah horizontal, dimana posisi tanah yang ada di depan kita
bergeser kearah kanan.

5.
Sinistral
Adalah
patahan dengan arah horizontal, dimana posisi tanah yang ada di depan kita
bergeser kea rah kiri.

2.4 Proses
Terjadinya Gempa Bumi
Pada sarnya, para ahli
membagi proses terjadinya gempa bumi atau asal
muasal gempa ke dalam dua kelompok besar yakni:
1. Teori Pergeseran Sesar
2. Teori Kekenyalan Elastis atau elastic
rebound theory.
Menurut
para ahli, gempa yang banyak terjadi disebabkan oleh pergeseran lempengan
sepanjang sesar dan terjadi secara tiba-tiba atau dikenal dengan istilah sudden
slip. Hal ini terjadi pasa lapisan kerak bumi. Lebih lanjut para ahli
berpendapat bahwa penyebab utama bencana gempa bumi prosesnya diawali dengan
sebuah gaya pergerakan yang terdapat di titik interior bumi. Gaya ini dikenal juga dengan istilah gaya
konveksi mantel. Proses gempa bumi ini dimulai dari gaya konveksi mantel yang
kemudian menekan bagian kerak bumi yang dikenal juga dengan nama outer layer.
Kerak ini memiliki sifat yang rapuh, dengan demikian saat ia tak lagi bisa
menahan gaya konveksi mantel ini maka sebagai akibatnya sesar akan bergeser dan
dirasakan manusia sebagai sebuah gempa. Proses gempa bumi yang satu ini masuk
ke dalam jenis gempa tektonik. Tentu jika jenis gempanya vulkanik, buatan,
tumbukan serta runtuhan, maka prosesnya akan berbeda.
Namun, menurut para
ahli, dari semua total gempa yang terjadi di seluruh dunia, jenis gempa
tektonik inilah yang mendominasi. Bahkan jenis gempa vulkanik sendiri pun hanya
mencapai 7% dari semua total gempa yang terjadi. Proses terjadinya gempa
vulkanik dimulai dari pergerakan material yang ada di dalam saluran fluida.
Gerakan ini biasanya dirasakan sesaat sebelum sebuah gunung berapi meletus.
Untuk jenis gempa buatan yang menggunakan dinamit misalnya, prosesnya terjadi
lantaran ada tekanan yang bersumber dari dinamit tersebut. Ledakan dahsyat dari
dinamit akan membuat wilayah target terguncang dan terjadilah gempa buatan.
Sementara itu, proses terjadinya gempa bumi tumbukan
selalu dimulai dari adanya benda luar angkasa yang berhasil sampai ke permukaan
bumi. Benda ini datang dengan kecepatan luar biasa sehingga saat mencapai badan
bumi, tekanan akan dirasasakan dalam bentuk gerakan atau getaran. Tingkatannya
tergantung penuh pada kekuatan benda luar angkasa tersebut.
2.5 Gempa
Susulan
Gempa susulan adalah
gempa bumi yang terjadi di wilayah yang sama dengan gempa utama tetapi memiliki
magnitudo yang lebih kecil dan muncul dengan pola yang mengikuti hukum Omori.
Hukum Omori (diperbaharui dengan Hukum Omori yang dimodifikasi) adalah rumus
empiris yang menghitung skala gempa susulan. Omori mempublikasikan hasil
penelitiannya pada 1894mengenai gempa susulan, dimana ia menyatakan bahwa
frekuensi gempa susulan menurun berdasarkan resiprokal waktu setelah gempa
utama terjadi.
Hukum lain yang
menggambarkan gempa susulan juga dikenal sebagai Hukum Bath yang mengatakan
gempa utama umumnya memiliki gempa susulan yang berkekuatan 1 (rata-rata 1,2)
magnitudo lebih kecil dari kekuatan gempa utamanya. Urut-urutan gempa susulan
juga umumnya mengikuti skala Guttenberg-Richter.
Gempa susulan sangat
berbahaya karena selain tidak bisa diramalkan, dapat berupa sebuah gempat
dengan magnitudo besar dan dapat menghancurkan bangunan-bangunan yang rusak
dikarenakan gempa utama.
Gempa besar dapat
memiliki gempa susulan yang lebih banyak dan lebih kuat dimana kemunculannya
dapat bertahan dalam hitungan tahun atau lebih lama. Contohnya dapat dilihat
pada New Madrid Seismic Zone dimana gempa susulan masih bermunculan mengikuti
hukum Omori setelah gempa utamanya pada 1811/1812.
Getaran gempa dari hiposentrum
merambat dan menyebar ke segala arah. Getaran itu berupa gelombang primer dan
gelombang sekunder. Dari episentrum, juga terjadi rambatan getaran di permukaan
bumi dalam bentuk gelombang panjang. Gempa
bumi memancarkan energi melalui bumi dalam bentuk gelombang. Gelomban-gelombang
ini dirasakan sebagai getaran (gempa) bumi, meskipun pada jarak yang jauh dari
sumber. Gerak gerak bumi yang dikaitkan dengan gelombang seismic diukur oleh
seismograf. Ada tiga jenis gelombang seismik:
a.
Gelombang primer
atau preliminer disebut gelombang P, termasuk gelombamg tercepat. Kecepatan
penjalaran gelombang P melalui bumi
adaah 3 sampai 8 mil per sekon, karena itu gelombang ini yang pertama kali
sampai pada seimograf dari gempa bumi. Amplitudonya kecil dan periodenya pendek
yaitu 0,5 sampai 5 sekon. Gelombang P serupa dengan gelombang suara yaitu
gelombang longitudinal yang menjalar dengan penekanan (kompresi) dan peregangan
(rarefaction) bumi.
Seperti gelombang suara,
maka gelombang P dapat dibengkokkan atau direfraksi. Refraksi terjadi jika
gelombang lewat dari satu jenis material ke dalam jenis lain dimana
kecepatan gelombang berbeda, yaitu dari
lapisan batuan ringan ke lapisan batuan padat.
Dari refraksi gelombang yang dialami, ahli seismologi dapat menentukan
perubahan densitas bumi dengan kedalaman. Pada diskontinuitas dalam bumi,
seperti bidang moho, maka gelombang seismic dapat direfraksi pada titik yang di
pantulkan secara total.
Kecepatan gelombang P
tergantung pada densitas batuan, kekakuannya dan kepadatannya. Dalam batuan
padat, maka kecepatan bertambah dengan densitas batuan, karenanya meningkat
dengan meningkatnya kedalaman, akibanya gelombang dibengkokan. Ketika gelombang
lewat dari lapisan dengan “kecepatan rendah” ke lapisan dengan “keceptan tinggi’
yang lebih padat, maka gelombang akan dibengkokkan menjauh garis vertical. Ketika gelombang P memasuki
lapisan fluida maka kecepatannya turun dengan tiba-tiba. Jadi geombang P yang
menembus kebawah dalam inti cair bumi, kecepatannya lambat dan dibengkokkan
kearah bawah. Fenomena ii memberikan munculnya “daerah bayangan” untuk gelomban
P yang mengarah pada penemuan bahwa inti bumi adalah cair pekat.
b.
Gelombang
sekunder, disebut gelombang S. gelombang ini menjalar lebih lambat dibandingkan
dengan gelombang P, kecepatan gelombang S sekitar 2/3 kecepatan gelombang P.
gelombang S mempunyai amplitude lebih besar dan periodenya lebih lama daripada gelombang P. Gelombang sekunder merupakan
gelombang tranversal,osilasinya lateral dan tegak lurus terhadap arah
penjalaran gelombang. Gelombang S juga disebut geombang geser (shearwave),
karena material yang dilalui gelombang mengalami defrmasi geser. Gelombang
tranversal tidak mampu menjalar melalui fluida, karena fluida tidak dapat
terpotong. Jadi gelombang S yang memasuki inti cair bumi akan diserap dan tidak
menembus inti fluida. Telah diamati bahwa
gelombang S yang memancar dari gempa
bumi tidak tampak pada sisi bumi yang berlawanan, hal ini membenarkan
bahwa bumi mmpunyai inti fuida.
c.
Gelombang
permukaan, juga dikenal sebagai gelombang Rayleigh dan gelombang love.
Gelombang-gelombang ini sangat lambat dengan periode gelombang yang panjang dan
amplitudonya besar,yang menjalar melalui kerak bumi, seperti gelombang air
tetap tidak menembus ke bagian dalam bumi.
Pusat gempa bumi yaitu titik
didalam bumi dimana gempa terjadi disebut hiposenter, dan titik pada permukaan
bumi tepat diatas pusat gempa bumi disebut episenter.
Alat seismograf dirancang
untuk merekam gelombang seismic yang dipancarkan dari sumber gempa bumi. Hasi rekaman seismograf
disebut seismogram. Dari seismogram dapat diketahui intensitas atau
amplitudogelombang seismic yang dipancarkan oleh sumber gempa bumi. Intensitas
atau kekuatan gempa bumi didaarkan pada
amplitude gelombang seismic yang terekam pada seismogram, dan dinyatakan
dalam skala richter. Gempa bumi yang merusak, biasanya mempunyaikekutan
(magnitudo) diatas 6 dalam skala richter, misalnya gempa bumi yang
menghancurkan kota kobe dijepang pada tanggal 17 januari 1995 yang lalu
mempunyai magnitude 7,2 dalam skala richer. Gempa bumiutama selalu didahului
oleh gempa pendahuluan. Karena waktu jeda (interval waktu) antara gempa pendahuluan dan gempa utama sangat pendek,
maka petugas tidak akan sempat member peringatan kepada penduduk yang akan
dilanda gempa bumi. Selain itu, gempa pendahuluan biasanya lemah dan tidak
terasa oleh manusia.
2.6 Dampak Dari
Bencana Gempa Bumi
Pada saat gempa berlangsung terjadi
beberapa peristiwa sebagai akibat langsung
maupun tidak langsung, di antaranya:
1. Berbagai bangunan roboh.
Peristiwa gempa bumi yang banyak
terjadi di berbagai tempat di dunia terutama di Indonesia sangat memberikan
dampak bagi masyarakat maupun keadaan alam yang ada. Hal utama yang bisa
terjadi saat gempa bumi adalah banyaknya bangunan yang roboh, ini membuat
kebanyakan orang menjadi panik bahkan ada yang harus kehilangan anggota
keluarganya yang tertimbun runtuhan bangunan. Dalam hal ini akan mempengaruhi
psikologis seseorang yang harus kehilangan keluarganya. Pada sektor ekonomi,
hampir semua aktifitas perekonomian terutama di perkantoran dan tempat
perbelanjaan terhenti apabila terjadi gempa bumi karena orang lebih
mengutamakan keselamatan jiwanya, ini akan mengurangi pendapatan di bidang
ekonomi. Bahkan di rumah sakit banyak pasien yang harus dikeluarkan dari rumah
sakit untuk keselamatannya dan hal ini secara tidak langsung akan mengurangi
layanan kesehatan bagi para pasien. Selain itu banyak bangunan bersejarah
misalnya candi yang rusak karena gempa bumi, padahal situs-situs ini sangat
berharga bagi kelestarian budaya kita.
2. Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
Dampak yang satu ini akan sangat
mempengaruhi dalam sektor perhubungan dan berbagai upaya memberi bantuan serta
penyelamatan untuk para korban gempa. Hal ini juga akan berdampak pada
kelestarian flora dan fauna di sekitar daerah terjadinya gempa karena banyak
pepohonan yang tumbang dan hewan-hewan yang panik banyak yang terjatuh dalam
belahan tanah yang ada.
3. Tanah longsor akibat guncangan.
Tanah longor lebih berdampak pada
rusaknya daerah gempa yang bisa mengancam keberadaan manusia maupun flora dan
fauna yang ada di sekitarnya. Dengan adanya longsor banyak korban yang
meninggal tertimbun tanah longsoran tersebut, pohon tumbang dan banyak hewan
yang mati. Ini dapat membuat keadaan sosial di tempat tersebut akan berubah,
yang dulunya keluarganya masih utuh kini harus ada yang hilang. Yang dulunya
hewan ternak banyak kini tinggal sedikit dan yang dulunya masih banyak
pepohonan kini tinggal sedikit karena yang tersisa hanya hamparan tanah saja.
4.
Terjadi banjir, akibat rusaknya
tanggul.
Dengan terjadinya banjir, maka
berbagai aspek akan mengalami gangguan bahkan kerusakan. Seperti terendamnya
rumah warga, hanyutnya hewan ternak dan yang lebih mengkhawatirkan lagi banjir
dapat menimbulkan berbagai penyakit.
5.
Gempa yang terjadi di dasar laut
dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).
Inilah dampak yang paling membahayakan
dari gempa bumi, karena tsunami dapat merusak semua sektor dan unsur yang ada.
Dan tsunami juga dapat menambah kerugian yang sudah diakibatkan oleh gempa bumi
sebelumnya.
2.7 Cara
Menghitung Episentrum Gempa

Episentrum gempa adalah gelombang gempa yang
berada di permukaan bumi yang kemudian menyebar ke berbagai arah. Untuk
menghitung jarak episentrum gempa dapat menggunakan rumus sederhana berikut:
a. Metode Episentral
Episentral ialah jarak episentrum atau pusat gempa di
stasiun pencatat gempa. Untuk menentukan episentrum dengan menggunakan
metode episentral diperlukan minimal tiga stasiun pengamat yang mencatat
kejadian gempa, sehingga dapat dihitung jarak episentral masing-masing stasiun.
Untuk menghitung jarak episentral digunakan rumus LASKA, yaitu:
Delta = jarak episentral dari stasiun pengamat
dalam satuan kilometer
S-P = selisih waktu
pencatatan antara gelombang sekunder dan gelombang primer (dalam menit)
1’ = 1 menit
Contoh:
Berdasarkan tiga buah stasiun pengamatan (A, B dan C)
tercatat getaran gempa sebagai berikut:
Stasiun A
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 28.25
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 30.40
Stasiun B
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 30.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 33.45
Stasiun C
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 32.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 36.15
Untuk menentukan jarak episentral masing-masing stasiun:
Delta A
((2. 30’ 40’’ – 2. 28’ 25’’) – 1’) X 1.000 km
= (2’ 15’’ – 1’) X 1.000 km
= 1’ 15’’ X 1.000 km (karena 1’ = 60’’ maka (1 X 1.000) +
(15/60 X 1.000))
= 1.250 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun
A berjarak 1.250 km.
Delta B
= (( 2. 33’ 45’’ – 2. 30’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (3’ 30’’ – 1’) X 1.000 km
=2’ 30’’ X 1.000 km
(2 X 1.000) + (30/60 X 1.000)
= 2.500 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun
B berjarak 2.500 km
Delta C
= ((2. 36’ 15’’ – 2. 32’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (4’ – 1’) X 1.000 km
= 3’ X 1.000 km
= 3.000 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun
C berjarak 3.000 km
b.
Metode Homoseista
Homoseista adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat di
permukaan bumi yang mencatat getaran gelombang seismic yang pertama pada waktu
yang sama. Misalnya stasiun A, B dan C mencatat getaran gempa pertama pada
pukul 15: 11. 06, maka pada peta, ketiga stasiun tersebut terletak pada satu
homoseista
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Dari uraian diatas terdapat beberapa kesimpulan yaitu:
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
2. Tipe gempa bumi adalah gempa
tektonik dan gempa vulkanik.
3. Gempa bumi disebabkan oleh
pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh
lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya
mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh
pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.
4. Dampak dari gempa bumi antara lain bangunan roboh, tanah di
permukaan bumi merekah, tanah longsor, terjadi banjir bahkan tsunami.
5. Rumus untuk mencari episentral adalah Delta
= ((S-P) – 1’) X 1.000 Kilometer).
3.2 Saran
1.
Pembaca diharapkan mampu memahami
pengertian dari gempa bumi.
2.
Pembaca diharapkan mampu mengetahui
proses terjadinya Gempa bumi.
3.
Pembaca diharapkan mampu memahami
dampak dari gempa bumi.
4.
Pembaca diharapkan mampu
menjaga kelestarian bumi
yang kita tempati.
DAFTAR
PUSTAKA
Ischak. 1989. Geografi 2a; Gempa Bumi dan Klasifikasi Gempa. PT.
Intan Pariwira.
Yogyakarta.
Suprobo Bambang. 2008. IPS Geografi; Penyebab Gempa Bumi dan
Penanggulangannya. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Waluyo, Joko.
2007. Geografi. Jakarta: Graha Pustaka.
Tipe-tipe gempa bumi http://adelnriripunya.blogspot.com/2010/02/jenis-jenis-ge mpa-bumi.html, 25 Maret 2015
Proses
terjadinya gempa bumi, http://belajarilmugeografi.blogspot.com/2013/04/ mengurai-proses-terjadinya-gempa-bumi.html, 25 Maret 2015
Gempa
susulan, http:// xferka-univ erse.blogspot.com/2013/06/skala-omari.html, 25 Maret 2015
Dampak gempa bumi, http://afha34musdalifa.blogspot.com/2012/03/dampak-dampak-gempa-bumi-unsur-abiotik.html, 25 Maret 2015
No comments:
Post a Comment