Friday, May 15, 2015

MAKALAH PENGENALAN PESERTA DIDIK

senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dengan kehidupan orang dewasa, mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan, reaksi dan ekspresi emosi masih labilmulai mengembangkanstandar dan harapan terhadap perilakusendiri yang sesuai dengan dunia sosial, kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.
Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting yaitu : mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya, dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tingi oleh masyarakat, menerima keadaan fisik dan mampu menggunakan secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan dewasa lainnya, memilih dan menyiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya, mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara, mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial, memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku,mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
2.2  Pembahasan
Emosi adalah suatu keadaan/situasi yang utuh dapat berupa pikiran ataupun perasaan yang nampak pada perubahan biologis yang muncul dari prilaku seseorang. bahasa emosi mengarah pada sebuah perasaan atau pikiran. Menurut harlock perkembangan social merupakan perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan social. “Sosialisasi “ adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma nilai. Jadi seseorang di katakan berkembang emosinya apabila ia sudah mampu menunjukan tindakan yang sesuai dengan aturan yang telah di buat. Jadi Sosioemosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Dalam pembahasan sosio-emosional ini lebih ditekankan dalam sosio-emosional pada remaja.
Sosial emosional pada anak penting dikembangkan. Karena pertama semakin banyaknya permasalahan yang terjadi di sekitar anak, misalnya lingkungan yang tidak baik ataupun perkembangan teknologi yang semakin canggih seperti televise yang akan membawa dampak luar biasa pada anak karena tontonan yang tidak layak akan mempengaruhi perkembang emosi anak. Di kembangkannya social emosional agar ada penanaman kesadaran bahwa anak adalah penerus,pencipta,pengevaluasi, investasi masa depan yang perlu dipersiapkan secara maksimal, baik aspek perkembangan emosinya maupun keterampilan sosialnya, kemudian perkembangan emosi perlu di kembangkan sejak dini karena anak memiliki masa emas perkembangan social emosional sesuai tahap perkembangannya . Jadi, harus di lengkapi kebutuhannya seoptimal mungkin agar tidak ada satu tahapan pun yang terlewatkan, yang terakhir karena anak tidak akan berkembang baik apabila hanya IQ saja yang di kembangkan,karena EI jauh lebih dibutuhkan untuk itu sejak dini anak harus di lengkapi perkembangan social emosionalnya.
Terdapat kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak memiliki kesulitan emosional dari pada generasi sebelumnya sehingga berdampak pada kemampuan sosialisasinya. Dengan demikian, perlu ada upaya peningkatan kecerdasan emosional, yaitu usaha-usaha yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan kualitas emosional anak sehingga mampu mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, mampu memotivasi diri sendiri serta mampu mengelola emosi dan perilaku sosial menjadi lebih baik. Kecerdasan emosi merupakan penentu dari keberhasilan seseorang untuk itu dari dini kecerdasan emosi harus di latih dan di kembangkan sebaik mungkin guru dalam pengembangan social emosional juga harus jeli melihat apa saja yang bisa mengembangkan social emosional anak, ia harus tau aturan dan indikator yang akan di jadikan tuntunan agar tidak asal melakukan pengembangan saja, ia juga harus memahami rambu-rambunya dan kekhasan kecerdasan emosional agar tidak tergelincir pada penyediaan lingkungan belajar yang kurang sesuai atau bahkan keliru. Secara khusus, hendaklah guru menguasai tindakan-tindakan prinsip, di antaranya: melatih pengendalian diri, mengajarkan pengenalan emosi pada anak, melatih pengelolaan emosi anak, penerapan disiplin dengan konsep empati, mengungkapkan emosi dengan kata-kata, melakukan permainan yang dapat melatih social dan emosional anak, menanggapi perasaan anak, menjadi contoh yang baik, melatih keterampilan emosi.
Giblin (1981) keseimbangan pada teori perkembangan emosional Giblin berdasarkan pada perbedaan antara perasaan dan emosi. Giblin percaya bahwa ada lima tahapan dalam perkembangan emosi : Dari 0 sampai 8 bulan ada ketidakseimbangan dari sensorik respons atau sensasi yang intens; penyesuaian refleksif mengikuti, ekspresi mewakili kesenangan / ketidaksenangan dan istirahat / ketegangan. Dari 9 sampai 12 bulan ada juga mengembangkan ketidakseimbangan yang dibawa oleh ada atau tidak adanya orang lain. Kesetimbangan dicapai oleh interaksi, dan di respon oleh tanggapan yang lebih terorganisir. Dari 2 sampai 6 tahun, ketidakseimbangan disebabkan secara langsung dan tidak langsung oleh rangsangan dan kesetimbangan kembali melalui keterampilan representasional dan keterampilan emosional. Dari 7 sampai 12 tahun, ketidakseimbangan datang melalui persepsi langsung dan perbandingan sosial, dan respons emosional melibatkan pola perilaku karakteristik. Setelah 13 tahun, ketidakseimbangan datang melalui perbandingan internal, dan emosi mulai berkontribusi pada konsep menstabilkan diri.
Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan, mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder, kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua, senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dengan kehidupan orang dewasa, mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan, reaksi dan ekspresi emosi masih labilmulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilakusendiri yang sesuai dengan dunia sosial, kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.
Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting yaitu : mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya, dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tingi oleh masyarakat, menerima keadaan fisik dan mampu menggunakan secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan dewasa lainnya, memilih dan menyiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya, mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara, mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial, memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku, mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
Jadi yang dapat dilakukan seorang guru memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkotika. Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau kondisi dirinya. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan sesuai dengan minta dan bakatnya. Memberikan pelatihan untuk mngembangkan keterampilan, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa berfikir kritis, reflektif, dan positif. Membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta. Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan lebih toleran. Menjalin hubungan yang hormanis dengan siswa dan bersedia mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya.
Ada sejumlah karekteristik menonjol dari perkembangan sosial remaja yaitu : berkembangnya kesadaran akan kesunyian dan dorongan akan pergaulan, masa remaja bisa disebut sebagai masa sosial karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan mencari hubungan dengan orang lain atau berusaha mencari pergaulan. Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan kemampuan kemandiriannya. Pada upaya memilih nilai-nilai sosial yaitu menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebuat atau tetap pada pendirian dengan segala akibatnya, ini berarti pada reaksi keadaan tertentu akan berlangsung menurut norma-norma tertentu pula. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis. Dalam konteks ini, Hublen menegaskan bahwa the social interest of adolencent are essencially sex social interest. Oleh sebab itu masa remaja sering kali disebut juga sebagai biseksual. Mulai cenderungan memilih karir tertentu. Ketika sudah memasuki masa remaja akhir mulai tampak kecenderungan mereka untuk memilih karir tertentu. Meskipun dalam pemilihan karir tersebut masih mengalami kesulitan karena orang dewasa kerap kali masih terjadi orientasi karir dan kembali berusaha menyesuaikan diri dengan karir barunya. Kemudian faktor-faktor yang mempegaruhi perkembangan hubungan sosial yang pertama yaitu lingkungan keluarga. Dalam hal ini remaja dalam perkembangan sosialnya membutuhkan iklim keluarga yang kondusif. Iklim kehidupan keluarga itu mengandung tiga unsur yang pertama karakteristik khas internal keluarga yang berbeda dari keluarga lainnya. Yang kedua karakteristik khas itu mempengaruhi perilaku individu dalam keluarga itu (termasuk remajanya). Yang ketiga unsur kepemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap, dan harapan individu dalam keluarga tersebut. Karena remaja hidup dalam suatu kelompok individu yang disebut keluarga, salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antar angota keluarga, hormonis tidaknya, intensif tidaknya, interaksi antar anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada di dalam keluarga. Faktor kedua yang mempengaruhi perkembangan hubungan sosial adalah lingkungan sekolah. Pendidikan merupakan media sosialisasi yang terarah bagi anak. Pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Faktor selanjutnya adalah Kapasitas mental yaitu emosi dan intelegensi, kapasitas emosi dan kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, berbahasa, dan menyesuaikan diri terhadap kehidupan bermasyarakat. Perkembangan emosi dan intelegensi berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak.
Perbedaan individual dalam perkembangan sosial secara psikologis, sikap ini dapat dipelajari dengan tiga cara yaitu meniru orang yang lebih berprestasi dalam bidang tertentu, mengombinasikan pengalaman, dan pengalaman khusus dengan emosional yang mendalam. Upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan implikasinya bagi pendidikan. Masa remja merupakan fase yang sangat potensial bagi tumbuh dan berkembangnya aspek fisik maupun psikis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sekolah sebagai lembaga formal yang diserahi tugas untuk menelenggarakan pendidikan tentunya tidak kecil perannnya dalam membantu perkembangan hubungan sosial remaja. Tugas guru tidak hanya semata-mata mengajar, melainkan juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab. Dengan demikian, perkembangan sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.
Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja
Remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental ,sosial dan emosional. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa sulit baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga atau lingkungannya. Secara garis besar masa remaja dapat di bagi kedalam empat periode yaitu periode praremaja,  remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir. Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagai berikut :
1.      Periode Praremaja
Selama periode ini perubahan fisik belum tampak jelas tetapi pada remaja putri biasanya terjadi penambahan berat badan. Gerakan-gerakan mereka mulai menjadi kaku disertai sifat kepekaan terhadap rangsangan dari luar.
2.      Periode Remaja Awal
Pada periode ini perkembangan fisik yang paling tampak adalah fungsi alat reproduksi. Karena perubahan tersebut semakin nyata, remaja seringkali mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, mereka cenderung menyendiri sehingga merasa asing. Kontrol terhadap dirinya semakin sulit, prilaku seperti ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul terhadap reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3.      Periode Remaja Tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja, yaitu mampu memikul sendiri juga menjadi masalah tersendiri bagi mereka karena tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarganya, tetapi juga dari masyarakat sekitarnya.
4.      Periode Remaja Akhir
Selama periode ini, remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, prilaku yang semakin dewasa.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
1.      Perubahan Jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh.
2.      Perubahan pola interaksi dengan orang tua
Pemberontakan terhadap orangtua menunjukkan bahwa mereka berada dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orangtua. Maka, pola asuh yang penuh dengan cinta kasihlah yang diperlukan.
3.       Perubahan interaksi dengan teman sebaya
Cara khas remaja dalam membangun interaksi dengan teman sebaya adalah dengan cara berkumpul untuk aktivitas bersama seperti membentuk geng. Ini biasanya terjadi pada masa remaja awal. Pada masa ini yang menimbulkan masalah emosi adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Sehingga sangat dibutuhkan bimbingan dari orangtua atau oarang yang lebih dewasa.
4.       Perubahan pandangan luar
Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang dianggap sudah dewasa, sering masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki-laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat prediket populer dan mendatangkan kebanggaan. Sementara remaja perempuan sebaliknya. Penerapan nilai ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.
5.      Perubahan interaksi dengan sekolah
Guru sering memberikan ancaman-ancaman tertentu yang dapat menambah permusuhan, atas stimulus negatif bagi perkembangan emosi anak. Remaja sering terbentur pada nilai-nilai yang tidak dapat mereka terima. Timbullah idealisme untuk mengubah lingkungan. Idealisme ini tentunya tidak boleh diremehkan, sebab idealisme yang dikecewakan akan berkembang menjadi tingkah laku emosional yang destruktif.

Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan kecerdasn emosional, salah satu di antaranya adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consortium tentang “Unsur-Unsur Aktif Program Pencegahan”, yaitu sebagai berikut.
1.      Pengembangan Keterampilan Emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan emosional individu adalah
a.       Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
b.      Mengungkapkan perasaan
c.       Menilai perasaan
d.      Mengelola perasaan
e.       Menunda pemuasan
f.       Mengendalikan dorongan hati
g.      Mengurangi stress, dan
h.      Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan













No comments:

Post a Comment