senang
membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang
terjadi dengan kehidupan orang dewasa, mulai mempertanyakan secara skeptis
mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan, reaksi dan ekspresi
emosi masih labilmulai mengembangkanstandar dan harapan terhadap
perilakusendiri yang sesuai dengan dunia sosial, kecenderungan minat dan
pilihan karer relatif sudah lebih jelas.
Masa
remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting yaitu : mencapai hubungan
yang matang dengan teman sebaya, dapat menerima dan belajar peran sosial
sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tingi oleh masyarakat, menerima
keadaan fisik dan mampu menggunakan secara efektif, mencapai kemandirian
emosional dari orang tua dan dewasa lainnya, memilih dan menyiapkan karier di
masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya, mengembangkan sikap positif
terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak, mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga
negara, mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial, memperoleh
seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah
laku,mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
2.2
Pembahasan
Emosi adalah suatu keadaan/situasi yang utuh dapat berupa
pikiran ataupun perasaan yang nampak pada perubahan biologis yang muncul dari
prilaku seseorang. bahasa emosi mengarah pada sebuah perasaan atau pikiran. Menurut
harlock perkembangan social merupakan perolehan kemampuan berprilaku yang
sesuai dengan tuntutan social. “Sosialisasi “ adalah kemampuan bertingkah laku
sesuai dengan norma nilai. Jadi seseorang di katakan berkembang emosinya
apabila ia sudah mampu menunjukan tindakan yang sesuai dengan aturan yang telah
di buat. Jadi
Sosioemosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu dalam
warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Dalam
pembahasan sosio-emosional ini lebih ditekankan dalam sosio-emosional pada
remaja.
Sosial emosional pada anak penting
dikembangkan. Karena pertama semakin banyaknya permasalahan yang terjadi di
sekitar anak, misalnya lingkungan yang tidak baik ataupun perkembangan
teknologi yang semakin canggih seperti televise yang akan membawa dampak luar biasa
pada anak karena tontonan yang tidak layak akan mempengaruhi perkembang emosi
anak. Di kembangkannya social emosional agar ada penanaman kesadaran bahwa anak
adalah penerus,pencipta,pengevaluasi, investasi masa depan yang perlu
dipersiapkan secara maksimal, baik aspek perkembangan emosinya maupun
keterampilan sosialnya, kemudian perkembangan emosi perlu di kembangkan sejak
dini karena anak memiliki masa emas perkembangan social emosional sesuai tahap
perkembangannya . Jadi, harus di lengkapi kebutuhannya seoptimal mungkin agar
tidak ada satu tahapan pun yang terlewatkan, yang terakhir karena anak tidak
akan berkembang baik apabila hanya IQ saja yang di kembangkan,karena EI jauh
lebih dibutuhkan untuk itu sejak dini anak harus di lengkapi perkembangan social
emosionalnya.
Terdapat kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu
generasi sekarang lebih banyak memiliki kesulitan emosional dari pada generasi
sebelumnya sehingga berdampak pada kemampuan sosialisasinya. Dengan demikian,
perlu ada upaya peningkatan kecerdasan emosional, yaitu usaha-usaha yang
diarahkan pada pengembangan dan peningkatan kualitas emosional anak sehingga
mampu mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, mampu memotivasi
diri sendiri serta mampu mengelola emosi dan perilaku sosial menjadi lebih
baik. Kecerdasan emosi merupakan penentu dari keberhasilan seseorang untuk itu
dari dini kecerdasan emosi harus di latih dan di kembangkan sebaik mungkin guru
dalam pengembangan social emosional juga harus jeli melihat apa saja yang bisa
mengembangkan social emosional anak, ia harus tau aturan dan indikator yang
akan di jadikan tuntunan agar tidak asal melakukan pengembangan saja, ia juga
harus memahami rambu-rambunya dan kekhasan kecerdasan emosional agar tidak
tergelincir pada penyediaan lingkungan belajar yang kurang sesuai atau bahkan
keliru. Secara khusus, hendaklah guru menguasai tindakan-tindakan prinsip, di
antaranya: melatih pengendalian diri, mengajarkan pengenalan emosi
pada anak, melatih pengelolaan emosi anak, penerapan disiplin dengan konsep
empati, mengungkapkan emosi dengan kata-kata, melakukan permainan yang dapat
melatih social dan emosional anak, menanggapi perasaan anak, menjadi contoh
yang baik, melatih keterampilan emosi.
Giblin (1981) keseimbangan pada teori perkembangan
emosional Giblin berdasarkan pada perbedaan antara perasaan dan emosi. Giblin
percaya bahwa ada lima tahapan dalam perkembangan emosi : Dari 0 sampai 8 bulan
ada ketidakseimbangan dari sensorik respons atau sensasi yang intens;
penyesuaian refleksif mengikuti, ekspresi mewakili kesenangan / ketidaksenangan
dan istirahat / ketegangan. Dari 9 sampai 12 bulan ada juga mengembangkan
ketidakseimbangan yang dibawa oleh ada atau tidak adanya orang lain.
Kesetimbangan dicapai oleh interaksi, dan di respon oleh tanggapan yang lebih
terorganisir. Dari 2 sampai 6 tahun, ketidakseimbangan disebabkan secara
langsung dan tidak langsung oleh rangsangan dan kesetimbangan kembali melalui
keterampilan representasional dan keterampilan emosional. Dari 7 sampai 12
tahun, ketidakseimbangan datang melalui persepsi langsung dan perbandingan
sosial, dan respons emosional melibatkan pola perilaku karakteristik. Setelah
13 tahun, ketidakseimbangan datang melalui perbandingan internal, dan emosi
mulai berkontribusi pada konsep menstabilkan diri.
Karakteristik
yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah terjadinya
ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan, mulai timbulnya ciri-ciri
seks sekunder, kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan
keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orang tua, senang membandingkan kaidah-kaidah,
nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dengan kehidupan
orang dewasa, mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan, reaksi dan ekspresi emosi masih labilmulai
mengembangkan standar dan harapan terhadap perilakusendiri yang sesuai dengan
dunia sosial, kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.
Masa
remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting yaitu : mencapai hubungan
yang matang dengan teman sebaya, dapat menerima dan belajar peran sosial
sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tingi oleh masyarakat, menerima
keadaan fisik dan mampu menggunakan secara efektif, mencapai kemandirian
emosional dari orang tua dan dewasa lainnya, memilih dan menyiapkan karier di
masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya, mengembangkan sikap positif
terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak, mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga
negara, mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial, memperoleh
seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku,
mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
Jadi
yang dapat dilakukan seorang guru memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang
kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkotika.
Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau
kondisi dirinya. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan
keterampilan sesuai dengan minta dan bakatnya. Memberikan pelatihan untuk
mngembangkan keterampilan, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Melatih
siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan
penuh godaan. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa berfikir
kritis, reflektif, dan positif. Membantu siswa mengembangkan etos kerja yang
tinggi dan sikap wiraswasta. Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui
pembelajaran agama terbuka dan lebih toleran. Menjalin hubungan yang hormanis
dengan siswa dan bersedia mendengarkan segala keluhan dan problem yang
dihadapinya.
Ada sejumlah
karekteristik menonjol dari perkembangan sosial remaja yaitu : berkembangnya
kesadaran akan kesunyian dan dorongan akan pergaulan, masa remaja bisa disebut
sebagai masa sosial karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak
jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha
mencari kompensasi dengan mencari hubungan dengan orang lain atau berusaha
mencari pergaulan. Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari
remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan
kemampuan kemandiriannya. Pada upaya memilih nilai-nilai sosial yaitu
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebuat atau tetap pada pendirian dengan
segala akibatnya, ini berarti pada reaksi keadaan tertentu akan berlangsung
menurut norma-norma tertentu pula. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis.
Dalam konteks ini, Hublen menegaskan bahwa the social interest of adolencent
are essencially sex social interest. Oleh sebab itu masa remaja sering kali
disebut juga sebagai biseksual. Mulai cenderungan memilih karir tertentu.
Ketika sudah memasuki masa remaja akhir mulai tampak kecenderungan mereka untuk
memilih karir tertentu. Meskipun dalam pemilihan karir tersebut masih mengalami
kesulitan karena orang dewasa kerap kali masih terjadi orientasi karir dan
kembali berusaha menyesuaikan diri dengan karir barunya. Kemudian faktor-faktor
yang mempegaruhi perkembangan hubungan sosial yang pertama yaitu lingkungan
keluarga. Dalam hal ini remaja dalam perkembangan sosialnya membutuhkan iklim
keluarga yang kondusif. Iklim kehidupan keluarga itu mengandung tiga unsur yang
pertama karakteristik khas internal keluarga yang berbeda dari keluarga
lainnya. Yang kedua karakteristik khas itu mempengaruhi perilaku individu dalam
keluarga itu (termasuk remajanya). Yang ketiga unsur kepemimpinan dan
keteladanan kepala keluarga, sikap, dan harapan individu dalam keluarga
tersebut. Karena remaja hidup dalam suatu kelompok individu yang disebut
keluarga, salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi perilaku remaja
adalah interaksi antar angota keluarga, hormonis tidaknya, intensif tidaknya,
interaksi antar anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja
yang ada di dalam keluarga. Faktor kedua yang mempengaruhi perkembangan hubungan
sosial adalah lingkungan sekolah. Pendidikan merupakan media
sosialisasi yang terarah bagi anak. Pendidikan moral diajarkan secara
terprogram dengan tujuan untuk membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki
tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Faktor selanjutnya adalah Kapasitas mental yaitu emosi dan intelegensi, kapasitas
emosi dan kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, berbahasa, dan menyesuaikan diri terhadap
kehidupan bermasyarakat. Perkembangan emosi dan intelegensi berpengaruh
terhadap perkembangan sosial anak.
Perbedaan individual dalam
perkembangan sosial secara psikologis, sikap ini dapat dipelajari dengan tiga
cara yaitu meniru orang yang lebih berprestasi dalam bidang tertentu,
mengombinasikan pengalaman, dan pengalaman khusus dengan emosional yang
mendalam. Upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan implikasinya bagi
pendidikan. Masa remja merupakan fase yang sangat potensial bagi tumbuh dan
berkembangnya aspek fisik maupun psikis, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Sekolah sebagai lembaga formal yang diserahi tugas untuk
menelenggarakan pendidikan tentunya tidak kecil perannnya dalam membantu
perkembangan hubungan sosial remaja. Tugas guru tidak hanya semata-mata
mengajar, melainkan juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran
sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina
peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab. Dengan demikian,
perkembangan sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.
Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja
Remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental
,sosial dan emosional. Masa ini biasanya dirasakan sebagai masa sulit baik bagi
remaja sendiri maupun bagi keluarga atau lingkungannya. Secara garis besar masa
remaja dapat di bagi kedalam empat periode yaitu periode praremaja, remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir.
Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagai berikut :
1.
Periode
Praremaja
Selama periode ini perubahan fisik belum tampak jelas tetapi pada
remaja putri biasanya terjadi penambahan berat badan. Gerakan-gerakan mereka
mulai menjadi kaku disertai sifat kepekaan terhadap rangsangan dari luar.
2.
Periode Remaja
Awal
Pada periode ini perkembangan fisik yang paling tampak adalah
fungsi alat reproduksi. Karena perubahan tersebut semakin nyata, remaja
seringkali mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan itu. Akibatnya, mereka cenderung menyendiri sehingga merasa
asing. Kontrol terhadap dirinya semakin sulit, prilaku seperti ini sesungguhnya
terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul
terhadap reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3.
Periode Remaja
Tengah
Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja,
yaitu mampu memikul sendiri juga menjadi masalah tersendiri bagi mereka karena
tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau
anggota keluarganya, tetapi juga dari masyarakat sekitarnya.
4.
Periode Remaja
Akhir
Selama periode ini, remaja mulai memandang dirinya sebagai orang
dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran, sikap, prilaku yang semakin
dewasa.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
1.
Perubahan
Jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang
sangat cepat dari anggota tubuh.
2.
Perubahan pola
interaksi dengan orang tua
Pemberontakan terhadap orangtua menunjukkan bahwa mereka berada
dalam konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orangtua. Maka, pola
asuh yang penuh dengan cinta kasihlah yang diperlukan.
3.
Perubahan interaksi dengan teman sebaya
Cara khas remaja dalam membangun interaksi dengan teman sebaya
adalah dengan cara berkumpul untuk aktivitas bersama seperti membentuk geng.
Ini biasanya terjadi pada masa remaja awal. Pada masa ini yang menimbulkan
masalah emosi adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Sehingga sangat
dibutuhkan bimbingan dari orangtua atau oarang yang lebih dewasa.
4.
Perubahan pandangan luar
Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang
dianggap sudah dewasa, sering masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan
kejengkelan pada diri remaja. Masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang
berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki-laki memiliki
banyak teman perempuan, mereka mendapat prediket populer dan mendatangkan
kebanggaan. Sementara remaja perempuan sebaliknya. Penerapan nilai ini jika
tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan
remaja bertingkah laku emosional.
5.
Perubahan
interaksi dengan sekolah
Guru sering memberikan ancaman-ancaman tertentu yang dapat menambah
permusuhan, atas stimulus negatif bagi perkembangan emosi anak. Remaja sering
terbentur pada nilai-nilai yang tidak dapat mereka terima. Timbullah idealisme
untuk mengubah lingkungan. Idealisme ini tentunya tidak boleh diremehkan, sebab
idealisme yang dikecewakan akan berkembang menjadi tingkah laku emosional yang
destruktif.
Upaya Mengembangkan Emosi Remaja dan Implikasinya Bagi Pendidikan
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat
mengembangkan kecerdasn emosional, salah satu di antaranya adalah dengan
menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consortium
tentang “Unsur-Unsur Aktif Program Pencegahan”, yaitu sebagai berikut.
1.
Pengembangan
Keterampilan Emosional
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan
emosional individu adalah
a.
Mengidentifikasi
dan memberi nama atau label perasaan
b.
Mengungkapkan
perasaan
c.
Menilai
perasaan
d.
Mengelola
perasaan
e.
Menunda
pemuasan
f.
Mengendalikan
dorongan hati
g.
Mengurangi
stress, dan
h.
Memahami
perbedaan antara perasaan dan tindakan
No comments:
Post a Comment