Nama : Juzsi Aldeska Kelas
: Fisika B
NPM : 1413022038 Prodi
: Pendidikan Fisika
1. Apa implikasi tahap perkembangan
kognitif (Piaget) dalam pembelajaran?
Jawab : Memaklumi akan adanya perbedaan invidual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati
urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan
yang berbeda. Ditambah cara berfikir anak kurang logis dibanding dengan orang
dewasa, maka guru harus mengerti cara berfikir anak, bukan sebaliknya anak yang
beradaptasi dengan guru. Menurut teori, pendidikan disini bertujuan untuk
mengembangkan pemikiran anak, artinya ketika anak-anak mencoba memecahkan
masalah, penalaran merekalah yang lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab
itu guru penting sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang
salah, tetapi sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang
salah, dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk untuk menanggulanginya.
Anak belajar paling baik
dengan menemukan (discovery). Artinya di sini adalah agar pembelajaran yang
berpusat pada anak berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan anak-anak
belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus yang dirancang untuk
membimbing para siswa menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri.
2. Jelaskan empat faktor/kondisi
yang mempengaruhi perkembangan intelek!
Jawab : Faktor atau
kondisi yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut :
1. Faktor Pembawaan (Genetik)
Pembawaan ditentukan oleh sifat dan
ciri yang dibawa sejak lahir, kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang
tuanya. Namun, yang cenderung mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat
kecerdasan anak tergantung faktor gen mana (ayah atau ibu) yang dominan mempengaruhinya pada saat terjadinya konsepsi
individu. Anak yang lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi
tersebut tidak dapat berkembang dengan baik tanpa mendapat pendidikan dan
latihan atau sentuhan dari lingkungan.
2. Faktor Gizi
Kuat atau lemahnya fungsi
intelektual juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi atau tenaga bagi
anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan
bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada
perkembangan intelegensi ialah pada fase prenatal (anak dalam kandungan) hingga
usia balita, sedangkan usia diatas lima tahun pengaruhnya tidak signifikan
lagi.
3. Faktor Kematangan
Piaget membuat empat tahapan
kematangan dalam perkembangan intelektual, yaitu periode sensori motori (0-2
tahun), periode pra operasional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-11
tahun), dan periode operasional formal (11-16 tahun). Hal tersebut membuktikan
bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi dengan
sempurna. Ini berarti faktor kematangan mempengaruhi struktur intelektual,
sehingga menimbulkan perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi intelektual.
Yaitu kemampuan menganalisis (memecahkan suatu permasalahan yang rumit) dengan
baik.
4. Kebebasan Psikologis
Kebebasan psikologis perlu
dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak yang
memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas
dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih
cara (metode) tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan
yang berarti dalam perkembangan intelektual.
Sedangkan menurut teori, faktor atau
kondisi yang mempengaruhi perkembangan intelek adalah sebagai berikut :
Menurut Hamalik (200: 89)
faktor-faktor yang mempengaruhi intelektual yaitu:
1. Lingkungan
Penelitian terhadap anak-anak yang dibesarkan
dalam lingkungan kumuh di kota besar rata-rata IQ nya lebih rendah dibandingkan
dengan anak-anak seusia mereka dari masyarakat golongan menengah.
Menurut Bernard dalam Hamalik (2000
: 90) berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa faktor-faktor
yang menunjang perkembangan intelektual yang optimal adalah sebagai berikut:
a. Orang tua yang menaruh minat
terhadap anak-anak, menyediakan waktu untuk bercengkerama dengan mereka,
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, memiliki anak-anak yang mendapat skor
tinggi dalam tes dan berprestasi baik di sekolah.
b. Faktor-faktor seperti cinta dan
kasih sayang, penerimaan terhadap anak, perlakuan yang konsisten yang menunjang
kesehatan mental menpunyai pengaruh baik terhadap perkembangan intelektual.
2. Kelamin
Anak laki-laki (sebagai suatu
kelompok) memperlihatkan variabilitas yang lebih besar dari pada anak perempuan
dalam penyebatan inteligensi. Artinya lebih banyak anak laki-laki yang lemah
dalam inteligensi di bandingkan dengan anak perempuan, namun banyak anak
laki-laki yang menunjukan superioritas dalam inteligensi di bandingkan anak
perempuan.
3. Usia
Kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya bertambah sambil ia berkembang
menjadi lebih tua. Artinya, bertambah tua usia seseorang, bertambahlah
kemampuannya untuk melakukan penyesuaian dirinya dengan lingkungannya.
Secara teoretis pertumbuhan
intelektual berhenti pada usia 20 atau 25 tahun. Bagi orang yang lebih
inteligen pertumbuhan berlangsung lebih cepat dan terus berlangsung dalam waktu
yang lebih lama. Sebaliknya, orang yang kurang inteligen berkembang lebih
lambat dan pertumbuhan ini berhenti pada usia yang lebih awal.
Wechsler dalam Hamalik (2000, 90)
merumuskan bahwa kemajuan (penambahan) dalam kemampuan mental berlangsung
hingga usia 30 dan ssedikit menurun sampai usia 60 tahun.
4. Hereditas
Potensi untuk perkembangan
inteligensi diwariskan melalui orang tua. Prinsip ini diterima, baik untuk
pihak yang menekankan pentingnya lingkungan maupun oleh pihak yang
memperingatkan tentang berapa banyaknya IQ dapat ditingkatkan dengan lingkungan
yang baik.
Hal lain ditemukan oleh Jensen atas
dasar analisis terhadap data mengenai anak kembar identik. Jensen berkesimpulan
bahwa 80 % dari variasi dalam skor IQ disebabkan oleh faktor-faktor keturunan.
3. Bagaimana penggunaan hukuman dan
penghargaan dalam pembentukan disiplin dan pengembangan sikap moral anak?
Jawab : Pembentukan
disiplin diri merupakan suatu proses yang harus dimulai sejak masa kanak-kanak.
Oleh karena itu, pendidikan disiplin pertama-tama sudah dimulai dari keluarga
(orang tua). Dalm kehidupan masyarakat secara umum, metode yang paling sering
digunakan untuk mendisiplinkan warganya adalah dengan pemberian hukuman. Hal
yang sama dilakukan juga oleh sebagian besar orang tua ataupun guru dalam
mendidik anak-anak atau muridnya. Kerugiannya adalah disiplin yang tercipta
merupakan disiplin jangka pendek, artinya anak hanya menurutinya sebagai
tuntutan sesaat, sehingga seringkali tidak tercipta disiplin diri pada mereka.
Hal tersebut disebabkan karena dengan hukuman anak lebih banyak mengingat
hal-hal negatif yang tidak boleh dilakukan, daripada hal-hal positif yang
seharusnya dilakukan. Menurut teori, disiplin
tak lain ialah peraturan tata tertib, yang dilakukan dengan tegas dan keras.
Tidak saja disiplin itu menghendaki dilaksanakannya segala peraturan dengan
teliti dan murni, sampai dalam hal-hal yang kecil-kecil, tak boleh menyimpang
sedikitpun, tetapi disiplin menghendaki pula adanya sanksi, yakni kepastian
akan keharusan dijatuhkannya hukuman kepada siapapun, yang melanggar atau
mengabaikan peraturan yang sudah ditetapkan.
4. Bagaimana cara mempelajari dan
mengembangkan sikap moral anak? Berikan contohnya!
Jawab : Perkembangan
moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, yakni sebagai berikut:
a. Pendidikan
langsung, yaitu melalui pananaman pengertian tentang tingkah laku yang benar
dan yang salah atau yang baik dan yang buruk oleh orang tua, guru ataupun orang
dewasa lainnya. Di samping itu, yang paling penting dalam pendidikan moral
adalah keteladanan dan orang tua, guru dalam menerapkan nilai-nilai moral.
b. Identifikasi, yaitu dengan cara
mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang
menjadi idolanya seperti orang tua, guru atau bahkan tokoh favoritnya.
c. Proses coba-coba (trial and
error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba.
Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan,
sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaka akan dihentikan
sendiri oleh anak tersebut.
Contohnya adalah sebagai berikut :
1. Memberi contoh
Anak usia dini
mempunyai sifat suka meniru. Karena orang tua
merupakan lingkungan pertama yang ditemui anak, maka ia cenderung meniru apa
yang diperbuat oleh orang tuanya.
2. Melibatkan anak menolong orang lain
Anak usia dini
diajak untuk berkunjung ke tempat orang yang membutuhkan
pertolongan. Anak disuruh menyerahkan sendiri bantuan kepada yang membutuhkan,
dengan demikian anak akan memiliki jiwa sosial.
3. Bercerita serial keagamaan
Bagi orang tua
yang mempunyai hobi bercerita, luangkan waktu sejenak untuk meninabobokan anak
dengan cerita kepahlawanan atau serial keagamaan. Selain memberikan rasa senang
pada anak, juga menanamkan nilai-nilai kepahlawanan atau keagamaan pada anak
dan konsisten dalam mengajarkannya. Sedangkan menurut teori, mempelajari
dan mengembangkan sikap moral anak adalah sebagai berikut :
1. Strategi Latihan dan Pembiasaan
Latihan dan
pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk membentuk perilaku tertentu
pada anak-anak, termasuk perilaku moral. Dengan latihan dan pembiasaan
terbentuklah perilaku yang bersifat relatif menetap. Misalnya, jika anak
dibiasakan untuk menghormati anak yang lebih tua atau orang dewasa lainnya,
maka anak memiliki kebiasaan yang baik, yaitu selalu menghormati kakaknya atau
orang tuanya.
2. Strategi Aktivitas Bermain
Bermain
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat digunakan dan
dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak. Menurut hasil penelitian
Piaget (dalam Wantah, 2005: 116), menunjukkan bahwa perkembangan perilaku moral
anak usia dini terjadi melalui kegiatan bermain. Pada mulanya anak bermain
sendiri tanpa dengan menggunakan mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan
mainan namun dilakukan sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya bersama
temannya namun belum mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Selanjutnya anak
bermain bersama dengan teman-temannya berdasarkan aturan yang berlaku.
3. Strategi Pembelajaran
Usaha
pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran
moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran nilai-nilai dan
pengembangan watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan dalam diri dan
perilaku seseorang seperti kejujuran, keberanian, persahabatan, dan penghargaan
(Wantah, 2005: 123).
5. Mengapa konsep diri primer yang
terbentuk pada masa anak awal penting bagi perkembangan dan pembentukan
kepribadian seseorang?
Jawab
: sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani
individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).
Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum
masuk ke sekolah. Anak
mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara
bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar
keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak
menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan polainteraksi secara terbatas di dalamnya. Warna
kepribadian anak akan sangat
ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan
anggota keluarga terdekatnya. Menurut teori, sosialisasi
primer merupakan sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil sampai
ia menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi primer berlangsung mulai balita, anak-anak,
dalam teman sepermainan, dan memasuki masa sekolah. Dalam tahap tersebut, peran
orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak
melakukan pola interaksi secara terbatas. Corak kepribadian anak akan sangat
ditentukan oleh corak kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dan
anggota keluarga terdekat, teman-temannya, dan sekolah. Dengan demikian,
sosialisasi primer mengacu bukan saja pada masa awal anak mulai menjalani
sosialisasi, tetapi lebih dari itu. Alasannya, apapun yang diserap anak di masa
tersebut akan menjadi ciri mendasar kepribadian anak setelah dewasa.
No comments:
Post a Comment