Wednesday, May 13, 2015

Pengertian Gempa Bumi

BAB II
PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Gempa Bumi


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIZXjJIxFZmj9HdAs86sgGTi8IklbtuGjXOuEUqokgQa527ZYFBORgKYC5GokLCqsuQTxivz0TpwFNFDM-c9YTnGjh7iFTZMj7WK0CQYsGMa1rS6koH8TPDT0tKMz7TbFQZ413YgpPiejQ/s320/gempa1.jpg
Gempa bumi adalah
getaran atau gunjangan yang terjadi pada bumi sebagai akibat tumbukan lempeng, patahan/sesar aktif, aktivitas gunung api, dan runtuhan batuan. Ilmu yang mempelajari tentang gepa bumi adalah seismologi, alat yang digunakan untuk mendeteksi getaran gempa disebut seismograf, dan hasil catatan gempa dinamakan seismogram. Selain itu, Gempa bumi adalah suatu gangguan dalam bumi jauh di bawah permukaan yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda di permukaan. Gempa bumi datangnya sekonyong-konyong dan tidak dapat dicegah, yang dapat dilakukan hanyalah memperkecil kerugian yang diakibatkan oleh gempa bumi.


2.2 Tipe-Tipe Gempa Bumi


Berdasarkan proses fisis, maka gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi:
a.       Gempa tektonik: gempa yang disebabkan oleh pergeseran lempeng benua. Gempa tektonik sering menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Jika episenter berada pada laut, maka akan menimbulkan Tsunami yaitu gelombang laut yang besar. Misalnya, gempa yang terjadi pada tanggal 12 desember 1992 di Maumere, kabupaten sika di pulau Flores dengan kekuatan 6,8 skala richter, dan episenter berada di dasar laut sejauh 30 km dari maumere, sedangkan kedalaman hiposenter sekitar 20 km dibawah permukaan laut. Tsunami yang terjadi akibat gempa bumi ini dapt menaikkan air laut ke darat sampai ketinggianpohon kelapa. Jumlah korban yang tewas sekitar 2000 orang, dan kerugian harta benda 200 milyar rupiah. Gempa tektonik berkekuatan 6,4 skala richter mengguncankan kecamatan pandeglang, wilayah banten selatan, jawa barat pada hari selasa malam tanggal 21 desember 1999, sekitar pukul 21.14 WIB. Gempa ini juga terasa di daerah Jakarta dan Bandung Selatan.
b.      Gempa vulkanik, disebabkan oleh kegiatan magma dekat permukaan bumi atau disebabkan oleh letusan gunung berapi (vulkano). Gempa vulkanik biasanya mempunyai intensitas lemah dan terjadi pada daerah sekitar gunung meletus. Kerusakan dan korban jiwa lebih disebabkan oleh letusan daripada gempanya.
c.       Gempa runtuhan, disebabkan oleh runtuhan batuan, misalnya pada gua atau disebabkan oleh longsoran tanah. Gempa runtuhan mempunyai intensitas lemah dan terjadi secara lokal.  

Berdasarkan proses terjadinya, maka gempa bumi dibagi menjadi:
a.       Gempa pendahuluan, amplitudonya kecil dan terjadi sebelum gempa besar atau gempa utama.
b.      Gempa uatama, amplitudonya besar sehingga dapat dirasakan oleh manusia.
c.       Gempa susualan, terjadinya beberapa menit atau jam seteah gempa uatama. Gempa ini lemah kadang-kadang terjadi berulang.

Berdasarkan kedalaman hiposenter, maka gempa bumi dibagi menjadi:
a.       Gempa-dalam, kedalaman hiposenter lebih dari 300 km. Gempa ini dapat mencapai ke permukaan tetapi amplitudonya menjadi kecil sehingga tidak berbahaya.
b.      Gempa-sedang, kedalaman hiposenter anatara 60 km dan 300 km. pada umumnya, gempa sedang jarang menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi.
c.       Gempa-dangkal, kedalam hiposenter kurang dari 60 km. gempa dangkal sering menimbulkan kerusakan di permukaan bumi, misalnya gempa bumi di liwa lampung, sumatera pada tahun 1994.






2.3 Patahan

Adalah bentukan-bentukan alam di muka bumi sebagai akibat adanya proses pematahan (faulting process) pada lapisan batuan pembentuk kulit bumi (litosfera). Proses pematahan lapisan batuan pembentuk litosfera disebut SESAR.
1.         Graben/ Slenk
Adalah patahan dengan arah vertical, dimana posisi daerah tersebut lebih rendah dari daerah sekitarnya,  dikarenakan patahan/ sesar  yang mengalami penurunan.

download.jpg

2.         Horst
Adalah patahan dengan arah vertical, dimana posisi daerah tersebut lebih tinggi dari daerah sekitarnya,  dikarenakan patahan/ sesar yang mengalami kenaikan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiojWtVLTd-G5InysRBYYUFxTumE4kMDw59lkII_P-fWyv4Xptio0zxVylnC0dREECPhGlqeW8LelBk52e1LbYY07-AeJchHCn-7115YFZhCIRLxHoeM9yb7uK55M2mnKvyCN0j4iudZhR_/s320/download+%281%29.jpg

3.         Fleksuur
Adalah patahan dengan arah vertical, dimana posisi daerah tersebut mengalami penurunan atau kenaikan sebagian saja.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJxrEPwBs09Cta3EpWkc-f5LSk3_ve_UpKfEjIvMC29TdKKC82j9gI6dP75zEgpwe5wD3aj2MtyFlnCqax4VNv-gvonN8AMz9kZ3kM4EmMQHrMCDYm1vGi5RJTjiqw4ZGAX397XjIgWycq/s1600/download+%282%29.jpg
4.         Dekstral
Adalah patahan dengan arah horizontal, dimana posisi tanah yang ada di depan kita bergeser kearah kanan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvDHjca65NptiRX4AOm8QQJA71kGbO1FuJBexwKmJbF1dx9zkWXviDG6d1nRpM_29uyJAlnGPtbQuRC9YWQ2qUWRyrisSdBHOpxmmfCS1RW7-QwRM_X42J736I8VdHT0blEzfJfdW2rBW2/s1600/download+%283%29.jpg

5.         Sinistral
Adalah patahan dengan arah horizontal, dimana posisi tanah yang ada di depan kita bergeser kea rah kiri.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj77fGkbAgXHm9J6V9YOKh4QKG6NhqpG6HhqT7VoDmTwppD3i5OdpJ3E_pQHj48vC1DA4MEWXvy1ls9FPXQfpj1lJn81__fT8lbGXVxLhjSifeWwlGVohNaP_rzmrEa34qn_1FaLXWAwpt3/s1600/download+%284%29.jpg



2.4 Proses Terjadinya Gempa Bumi

Pada sarnya, para ahli membagi proses terjadinya gempa bumi atau asal muasal gempa ke dalam dua kelompok besar yakni:
1.    Teori Pergeseran Sesar
2.    Teori Kekenyalan Elastis atau elastic rebound theory.
Menurut para ahli, gempa yang banyak terjadi disebabkan oleh pergeseran lempengan sepanjang sesar dan terjadi secara tiba-tiba atau dikenal dengan istilah sudden slip. Hal ini terjadi pasa lapisan kerak bumi. Lebih lanjut para ahli berpendapat bahwa penyebab utama bencana gempa bumi prosesnya diawali dengan sebuah gaya pergerakan yang terdapat di titik interior bumi. Gaya ini dikenal juga dengan istilah gaya konveksi mantel. Proses gempa bumi ini dimulai dari gaya konveksi mantel yang kemudian menekan bagian kerak bumi yang dikenal juga dengan nama outer layer. Kerak ini memiliki sifat yang rapuh, dengan demikian saat ia tak lagi bisa menahan gaya konveksi mantel ini maka sebagai akibatnya sesar akan bergeser dan dirasakan manusia sebagai sebuah gempa. Proses gempa bumi yang satu ini masuk ke dalam jenis gempa tektonik. Tentu jika jenis gempanya vulkanik, buatan, tumbukan serta runtuhan, maka prosesnya akan berbeda.

Namun, menurut para ahli, dari semua total gempa yang terjadi di seluruh dunia, jenis gempa tektonik inilah yang mendominasi. Bahkan jenis gempa vulkanik sendiri pun hanya mencapai 7% dari semua total gempa yang terjadi. Proses terjadinya gempa vulkanik dimulai dari pergerakan material yang ada di dalam saluran fluida. Gerakan ini biasanya dirasakan sesaat sebelum sebuah gunung berapi meletus. Untuk jenis gempa buatan yang menggunakan dinamit misalnya, prosesnya terjadi lantaran ada tekanan yang bersumber dari dinamit tersebut. Ledakan dahsyat dari dinamit akan membuat wilayah target terguncang dan terjadilah gempa buatan.

Sementara itu, proses terjadinya gempa bumi tumbukan selalu dimulai dari adanya benda luar angkasa yang berhasil sampai ke permukaan bumi. Benda ini datang dengan kecepatan luar biasa sehingga saat mencapai badan bumi, tekanan akan dirasasakan dalam bentuk gerakan atau getaran. Tingkatannya tergantung penuh pada kekuatan benda luar angkasa tersebut.

2.5 Gempa Susulan

Gempa susulan adalah gempa bumi yang terjadi di wilayah yang sama dengan gempa utama tetapi memiliki magnitudo yang lebih kecil dan muncul dengan pola yang mengikuti hukum Omori. Hukum Omori (diperbaharui dengan Hukum Omori yang dimodifikasi) adalah rumus empiris yang menghitung skala gempa susulan. Omori mempublikasikan hasil penelitiannya pada 1894mengenai gempa susulan, dimana ia menyatakan bahwa frekuensi gempa susulan menurun berdasarkan resiprokal waktu setelah gempa utama terjadi.

Hukum lain yang menggambarkan gempa susulan juga dikenal sebagai Hukum Bath yang mengatakan gempa utama umumnya memiliki gempa susulan yang berkekuatan 1 (rata-rata 1,2) magnitudo lebih kecil dari kekuatan gempa utamanya. Urut-urutan gempa susulan juga umumnya mengikuti skala Guttenberg-Richter.

Gempa susulan sangat berbahaya karena selain tidak bisa diramalkan, dapat berupa sebuah gempat dengan magnitudo besar dan dapat menghancurkan bangunan-bangunan yang rusak dikarenakan gempa utama.

Gempa besar dapat memiliki gempa susulan yang lebih banyak dan lebih kuat dimana kemunculannya dapat bertahan dalam hitungan tahun atau lebih lama. Contohnya dapat dilihat pada New Madrid Seismic Zone dimana gempa susulan masih bermunculan mengikuti hukum Omori setelah gempa utamanya pada 1811/1812.

Getaran gempa dari hiposentrum merambat dan menyebar ke segala arah. Getaran itu berupa gelombang primer dan gelombang sekunder. Dari episentrum, juga terjadi rambatan getaran di permukaan bumi dalam bentuk gelombang panjang. Gempa bumi memancarkan energi melalui bumi dalam bentuk gelombang. Gelomban-gelombang ini dirasakan sebagai getaran (gempa) bumi, meskipun pada jarak yang jauh dari sumber. Gerak gerak bumi yang dikaitkan dengan gelombang seismic diukur oleh seismograf. Ada tiga jenis gelombang seismik:

a.       Gelombang primer atau preliminer disebut gelombang P, termasuk gelombamg tercepat. Kecepatan penjalaran  gelombang P melalui bumi adaah 3 sampai 8 mil per sekon, karena itu gelombang ini yang pertama kali sampai pada seimograf dari gempa bumi. Amplitudonya kecil dan periodenya pendek yaitu 0,5 sampai 5 sekon. Gelombang P serupa dengan gelombang suara yaitu gelombang longitudinal yang menjalar dengan penekanan (kompresi) dan peregangan (rarefaction) bumi.

Seperti gelombang suara, maka gelombang P dapat dibengkokkan atau direfraksi. Refraksi terjadi jika gelombang lewat dari satu jenis material ke dalam jenis lain dimana kecepatan  gelombang berbeda, yaitu dari lapisan batuan ringan ke lapisan batuan padat.  Dari refraksi gelombang yang dialami, ahli seismologi dapat menentukan perubahan densitas bumi dengan kedalaman. Pada diskontinuitas dalam bumi, seperti bidang moho, maka gelombang seismic dapat direfraksi pada titik yang di pantulkan secara total.

Kecepatan gelombang P tergantung pada densitas batuan, kekakuannya dan kepadatannya. Dalam batuan padat, maka kecepatan bertambah dengan densitas batuan, karenanya meningkat dengan meningkatnya kedalaman, akibanya gelombang dibengkokan. Ketika gelombang lewat dari lapisan dengan “kecepatan rendah” ke lapisan dengan “keceptan tinggi’ yang lebih padat, maka gelombang akan dibengkokkan menjauh  garis vertical. Ketika gelombang P memasuki lapisan fluida maka kecepatannya turun dengan tiba-tiba. Jadi geombang P yang menembus kebawah dalam inti cair bumi, kecepatannya lambat dan dibengkokkan kearah bawah. Fenomena ii memberikan munculnya “daerah bayangan” untuk gelomban P yang mengarah pada penemuan bahwa inti bumi adalah cair pekat.

b.      Gelombang sekunder, disebut gelombang S. gelombang ini menjalar lebih lambat dibandingkan dengan gelombang P, kecepatan gelombang S sekitar 2/3 kecepatan gelombang P. gelombang S mempunyai amplitude lebih besar dan periodenya  lebih lama daripada  gelombang P. Gelombang sekunder merupakan gelombang tranversal,osilasinya lateral dan tegak lurus terhadap arah penjalaran gelombang. Gelombang S juga disebut geombang geser (shearwave), karena material yang dilalui gelombang mengalami defrmasi geser. Gelombang tranversal tidak mampu menjalar melalui fluida, karena fluida tidak dapat terpotong. Jadi gelombang S yang memasuki inti cair bumi akan diserap dan tidak menembus inti fluida. Telah diamati bahwa  gelombang S yang memancar dari gempa  bumi tidak tampak pada sisi bumi yang berlawanan, hal ini membenarkan bahwa bumi mmpunyai inti fuida.

c.       Gelombang permukaan, juga dikenal sebagai gelombang Rayleigh dan gelombang love. Gelombang-gelombang ini sangat lambat dengan periode gelombang yang panjang dan amplitudonya besar,yang menjalar melalui kerak bumi, seperti gelombang air tetap tidak menembus ke bagian dalam bumi.


Pusat gempa bumi yaitu titik didalam bumi dimana gempa terjadi disebut hiposenter, dan titik pada permukaan bumi tepat diatas pusat gempa bumi disebut episenter.

Alat seismograf dirancang untuk merekam gelombang seismic yang dipancarkan dari  sumber gempa bumi. Hasi rekaman seismograf disebut seismogram. Dari seismogram dapat diketahui intensitas atau amplitudogelombang seismic yang dipancarkan oleh sumber gempa bumi. Intensitas atau kekuatan gempa bumi didaarkan pada  amplitude gelombang seismic yang terekam pada seismogram, dan dinyatakan dalam skala richter. Gempa bumi yang merusak, biasanya mempunyaikekutan (magnitudo) diatas 6 dalam skala richter, misalnya gempa bumi yang menghancurkan kota kobe dijepang pada tanggal 17 januari 1995 yang lalu mempunyai magnitude 7,2 dalam skala richer. Gempa bumiutama selalu didahului oleh gempa pendahuluan. Karena waktu jeda (interval waktu) antara gempa  pendahuluan dan gempa utama sangat pendek, maka petugas tidak akan sempat member peringatan kepada penduduk yang akan dilanda gempa bumi. Selain itu, gempa pendahuluan biasanya lemah dan tidak terasa oleh manusia.





2.6 Dampak Dari Bencana Gempa Bumi

Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:

1.    Berbagai bangunan roboh.
Peristiwa gempa bumi yang banyak terjadi di berbagai tempat di dunia terutama di Indonesia sangat memberikan dampak bagi masyarakat maupun keadaan alam yang ada. Hal utama yang bisa terjadi saat gempa bumi adalah banyaknya bangunan yang roboh, ini membuat kebanyakan orang menjadi panik bahkan ada yang harus kehilangan anggota keluarganya yang tertimbun runtuhan bangunan. Dalam hal ini akan mempengaruhi psikologis seseorang yang harus kehilangan keluarganya. Pada sektor ekonomi, hampir semua aktifitas perekonomian terutama di perkantoran dan tempat perbelanjaan terhenti apabila terjadi gempa bumi karena orang lebih mengutamakan keselamatan jiwanya, ini akan mengurangi pendapatan di bidang ekonomi. Bahkan di rumah sakit banyak pasien yang harus dikeluarkan dari rumah sakit untuk keselamatannya dan hal ini secara tidak langsung akan mengurangi layanan kesehatan bagi para pasien. Selain itu banyak bangunan bersejarah misalnya candi yang rusak karena gempa bumi, padahal situs-situs ini sangat berharga bagi kelestarian budaya kita.

2.    Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
Dampak yang satu ini akan sangat mempengaruhi dalam sektor perhubungan dan berbagai upaya memberi bantuan serta penyelamatan untuk para korban gempa. Hal ini juga akan berdampak pada kelestarian flora dan fauna di sekitar daerah terjadinya gempa karena banyak pepohonan yang tumbang dan hewan-hewan yang panik banyak yang terjatuh dalam belahan tanah yang ada.

3.    Tanah longsor akibat guncangan.
Tanah longor lebih berdampak pada rusaknya daerah gempa yang bisa mengancam keberadaan manusia maupun flora dan fauna yang ada di sekitarnya. Dengan adanya longsor banyak korban yang meninggal tertimbun tanah longsoran tersebut, pohon tumbang dan banyak hewan yang mati. Ini dapat membuat keadaan sosial di tempat tersebut akan berubah, yang dulunya keluarganya masih utuh kini harus ada yang hilang. Yang dulunya hewan ternak banyak kini tinggal sedikit dan yang dulunya masih banyak pepohonan kini tinggal sedikit karena yang tersisa hanya hamparan tanah saja.

4.    Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
Dengan terjadinya banjir, maka berbagai aspek akan mengalami gangguan bahkan kerusakan. Seperti terendamnya rumah warga, hanyutnya hewan ternak dan yang lebih mengkhawatirkan lagi banjir dapat menimbulkan berbagai penyakit.

5.    Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).
Inilah dampak yang paling membahayakan dari gempa bumi, karena tsunami dapat merusak semua sektor dan unsur yang ada. Dan tsunami juga dapat menambah kerugian yang sudah diakibatkan oleh gempa bumi sebelumnya.


2.7 Cara Menghitung Episentrum Gempa

images.jpg
Episentrum gempa adalah gelombang gempa yang berada di permukaan bumi yang kemudian menyebar ke berbagai arah. Untuk menghitung jarak episentrum gempa dapat menggunakan rumus sederhana berikut:
a.     Metode Episentral
Episentral ialah jarak episentrum atau pusat gempa di stasiun pencatat gempa. Untuk menentukan episentrum  dengan menggunakan metode episentral diperlukan minimal tiga stasiun pengamat yang mencatat kejadian gempa, sehingga dapat dihitung jarak episentral masing-masing stasiun. Untuk menghitung jarak episentral digunakan rumus LASKA, yaitu:
Delta  =  ((S-P) – 1’) X 1.000 Kilometer)
Delta  = jarak episentral dari stasiun pengamat dalam satuan kilometer
S-P      = selisih waktu pencatatan antara gelombang  sekunder dan gelombang primer (dalam menit)
1’        = 1 menit
Contoh:
Berdasarkan tiga buah stasiun pengamatan (A, B dan C) tercatat getaran gempa sebagai berikut:
Stasiun A
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 28.25
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 30.40
Stasiun B
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 30.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 33.45
Stasiun C
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 32.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 36.15
Untuk menentukan jarak episentral masing-masing stasiun:
Delta A
((2. 30’ 40’’ – 2. 28’ 25’’) – 1’) X 1.000 km
= (2’ 15’’ – 1’) X 1.000 km
= 1’ 15’’ X 1.000 km (karena 1’ = 60’’ maka (1 X 1.000) + (15/60 X 1.000))
= 1.250 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun A berjarak 1.250 km.
Delta B
= (( 2. 33’ 45’’ – 2. 30’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (3’ 30’’ – 1’) X 1.000 km
=2’ 30’’ X 1.000 km
(2 X 1.000) + (30/60 X 1.000)
= 2.500 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun B berjarak 2.500 km
Delta C
= ((2. 36’ 15’’ – 2. 32’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (4’ – 1’) X 1.000 km
= 3’ X 1.000 km
= 3.000 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun C berjarak 3.000 km
b.    Metode Homoseista
Homoseista adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat di permukaan bumi yang mencatat getaran gelombang seismic yang pertama pada waktu yang sama. Misalnya stasiun A, B dan C mencatat getaran gempa pertama pada pukul 15: 11. 06, maka pada peta, ketiga stasiun tersebut terletak pada satu homoseista
















BAB III
PENUTUP



3.1 Kesimpulan

1.      Dari uraian diatas terdapat beberapa kesimpulan yaitu:
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
2.       Tipe gempa bumi adalah gempa tektonik dan gempa vulkanik.
3.       Gempa bumi disebabkan oleh pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan  oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.
4.      Dampak dari gempa bumi antara lain bangunan roboh, tanah di permukaan bumi merekah, tanah longsor, terjadi banjir bahkan tsunami.
5.      Rumus untuk mencari episentral adalah Delta  =  ((S-P) – 1’) X 1.000 Kilometer).

3.2 Saran
1.    Pembaca diharapkan mampu memahami pengertian dari gempa bumi.
2.    Pembaca diharapkan mampu mengetahui proses terjadinya Gempa bumi.
3.    Pembaca diharapkan mampu memahami dampak dari gempa bumi.
4.    Pembaca diharapkan mampu menjaga kelestarian bumi yang kita tempati.
5.    Pembaca diharapkan tidak panik dan tidak berada di bawah pohoh saat terjadi gempa.


DAFTAR PUSTAKA


Ischak. 1989. Geografi 2a; Gempa Bumi dan Klasifikasi Gempa. PT. Intan  Pariwira. Yogyakarta.

Suprobo Bambang. 2008. IPS Geografi; Penyebab Gempa Bumi dan Penanggulangannya. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Waluyo, Joko. 2007. Geografi. Jakarta: Graha Pustaka.
Pengertian Gempa Bumi, http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi, 25 Maret 2015




Gempa susulan,  http:// xferka-univ erse.blogspot.com/2013/06/skala-omari.html, 25 Maret 2015



No comments:

Post a Comment