Sunday, May 17, 2015

Mengetahui kondisi lingkungan hidup di desa

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar. Kita makan, minum, dan menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Setiap makhluk, hanya dapat hidup dalam suatu lingkungan dengan kondisi yang baik, atau paling tidak masih dalam rentang kisaran toleransinya. Selain faktor kondisi lingkungan yang baik, makluk hidup juga harus mengenali permasalahan-permasalahan yang dihadapi, sehingga dapat menyediakan atau terbentuknya segala sumber daya yang dibutuhkan.

Lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kehidupan manusia tidak lepas dari lingkungan sosialnya, sehingga manusia disebut sabagai makhluk sosial. Dalam lingkungan sosial tersebut manusia selalu dihadapkan kepada permasalahan sosial yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial tersebut timbul dari hubungannya dengan sesama manusia lain, maupun dari tingkah laku manusia itu sendiri, yang sifatnya berbeda antara manusia satu dengan lainnya. Hal itu akibat adanya perbedaan tingkat perkembangan budaya, sifat dari penduduk, dan keadaan kondisi lingkungan alan yang juga sangat mempengaruhi kehidupan sosial budaya manusia. Permasalahan sosial berbeda dengan permasalahan lain, karena kaitannya dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial dalam masyarakat, serta berkaitan juga dengan hubungan antar sesama manusia.

Kehidupan manusia yang selalu membutuhkan dan berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial tentunya saling mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai kondisi lingkungan hidup, kependudukan, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas rumusan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi lingkungan hidup di desa?
2. Bagaimana kondisi kependudukan di desa?
3. Apa permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi di desa?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi lingkungan hidup di desa
2. Mengetahui kondisi kependudukan di desa
3. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi di desa





























BAB II. PEMBAHASAN


A. Kondisi Lingkungan Hidup
Masyarakat pedesaan, terutama desa Gunung Timbul Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa. Perasaan setiap warga atau anggota masyarakat amat kuat yang hakikatnya bahwa seseorang merasa mereka merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana hidup akan dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena mereka beranggapan bahwa hidup adalah sama-sama sebagai anggota masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagian bersama di dalam masyarakat. Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat pedesaan Gunung Timbul antara lain sebagai berikut :
a. Di dalam masyarakat pedesaan Gunung Timbul di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.
b. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
c. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.
d. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencarian, agama, adat-istiadat dan sebagainya.
Oleh karena anggota masyarakat mempunyai kepentingan pokok yang hampir sama, maka mereka selalu bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Seperti pada waktu mendirikan rumah, upacara pesta perkawinan, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya, dalam hal-hal tersebut mereka akan selalu bekerjasama.
B. Kondisi Kependudukan
Penduduk merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan. Wilayah dengan jumlah penduduk yang besar dan didukung oleh kualitas manusia yang baik dapat diartikan wilayah tersebut memiliki suimber daya manusia yang cukup. Penduduk Kabupaten Tulang Bawang Barat sampai dengan tahun 2009 tercatat   sejumlah 253.383 jiwa. 129.216 jiwa laki-laki dan 124.167 jiwa perempuan. Tingkat perkembangan suatu wilayah administratif sangat berpengaruh terhadap persebaran dan kepadatan penduduk. Wilayah yang sudah maju umumnya memiliki jumlah penduduk lebih besar dibanding wilayah yang sedang tumbuh. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tulang Bawang Barat pada periode 2005 sampai dengan tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 1,87 %.

Sebagai dasar suatu perencanaan, diperlukan jumlah penduduk hingga akhir periode perencanaan. Perkiraan jumlah penduduk sangat penting artinya didalam penyusunan rencana suatu wilayah, karena penduduk merupakan subyek dan obyek pembangunan wilayah. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,87 % pertahun, maka pada akhir tahun rencana 2031 jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang Barat diproyeksikan mencapai 380.610 jiwa.
C. Permasalahan Kependudukan
Masyarakat pedesaan yaitu suatu masyarakat yang hidup di daerah atau desa yang biasanya bermata pencaharian di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, dan sebagainya. Hubungan sosial pada masyarakat desa terjadi secara kekeluargaan, dan jauh menyangkut masalah-masalah pribadi, satu dengan yang lain mengenal secara rapat, menghayati secara mendasar.

Salah satu permasalahan di desa Gunung Timbul Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat sebagai berikut, rata-rata masyarakat Desa Gunung Timbul mengenyam pendidikan sampai SMP. Tamatan SD pun cukup banyak ditemukan, khususnya para orang tua. Namun, lulusan S1 juga ada. Kesadaran masyarakat di Desa Gunung Timbul mengenai pentingnya arti sebuah pendidikan dirasa cukup minim. Tingkat pendidikan wajib 9 tahun di Desa Gunung Timbul sebagian besar sudah terpenuhi hanya ada beberapa kendala kecil yang menyebabkan putus sekolah. Umumnya masyarakat di Desa Gunung Timbul setelah lulus SMP langsung bekerja.

Orang-orang atau orang tua yang mempunyai jalan pikiran sempit yang menganggap pendidikan tidak penting, mengakibatkan anak-anak mereka yang tidak mengenyam pendidikan formal akan menjadi beban bagi masyarakat bahkan sering menjadi beban pengganggu ketentraman masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektualnya, serta tidak memiliki keterampilan yang menopang kehidupan sehari-hari.

Di daerah pelosok atau terpencil termasuk daerah tempat saya tinggal, kesadaran untuk melanjutkan pendidikan memang sangat kurang. Mereka lebih memilih bekerja daripada melanjutkan pendidikan. Rendahnya minat orang tua terhadap pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor pribadi (tingkat kesadaran), faktor ekonomi, faktor sosial budaya, dan faktor letak geografis sekolah. Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan. Para remaja selalu melakukan kontak dengan masyarakat. Pengaruh-pengaruh budaya yang negatif dan salah terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan remaja tersebut. Remaja yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka. Sehingga mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, karena teman-temannya juga tidak melanjutkan sekolah. Mereka memilih untuk mencari uang dengan alasan membantu orang tua, padahal orang tua mereka menginginkan anak-anaknya melanjutkan sekolah agar mempunyai masa depan yang jelas, “Biarlah orang tuanya bodoh, yang penting anaknya pintar, dan mempunyai masa depan”. Itulah semboyan orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan dan masa depan anaknya. Ada juga orang tua yang belum sadar akan pentingnya pendidikan, anaknya mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikan tetapi orang tuanya melarang dengan alasan tidak mempunyai uang untuk membiayai sekolah, sedangkan kebutuhan yang belum terpenuhi masih banyak, sedangkan kebutuhan yang belum terpenuhi masih banyak, “Buat apa sekolah tinggi, toh pada akhirnya kerja di pabrik atau jadi kuli bangunan, nyatanya si A sudah jadi sarjana tetapi sampai sekarang masih menganggur”. Pemikiran-pemikiran seperti itu yang membuat mereka belum sadar akan pentingnya pendidikan. Berhasil atau tidaknya seorang itu tergantung pada usaha manusia itu sendiri.

Hal ini dapat dituntaskan antara lain, pertama solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.















BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Masyarakat pedesaan Gunung Timbul Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa.
2. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.
3. Kesadaran masyarakat di Desa Gunung Timbul mengenai pentingnya arti sebuah pendidikan dirasa cukup minim. Tingkat pendidikan wajib 9 tahun di Desa Gunung Timbul sebagian besar sudah terpenuhi hanya ada beberapa kendala kecil yang menyebabkan putus sekolah. Hal ini dipengaruhi dari kurangnya kesadaran untuk sekolah (tidak adanya minat untuk sekolah).

B. Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan pada sistem pendidikan yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan, berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.




DAFTAR PUSTAKA




http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud.html

No comments:

Post a Comment